Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bongkar Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia

08-07-2016 | 13:31 WIB

Oleh Ahmad Zarkasi S.Sos

PENYALAHGUNAAN narkoba di seluruh negara di dunia sudah semakin mengkhawatirkan. Jaringan-jaringan yang melibatkan antar negara semakin canggih di dalam melakukan transaksi dan penyelundupan narkotika jaringan antar negara. Oleh karenanya banyak negara yang menyatakan perang terhadap penyalahgunaan narkoba, tidak terkecuali negara Indonesia yang memang sudah masuk dalam darurat narkoba.

 

WNI Disandera Lagi, Momentum TNI Bergerak!

07-07-2016 | 11:28 WIB

Oleh: Moch. Irfandi

MASYARAKAT Indonesia dikejutkan kembali dengan adanya penyanderaan tujuh anak buah kapal (ABK) WNI oleh kelompok bersenjata di perairan Sulu, Filipina Selatan. Penyanderaan kali ini merupakan penyanderaan ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir. Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016. Kemudian, empat ABK kapal Tunda Henry juga disandera kelompok Abu Sayyaf dan kemudian dibebaskan pada pertengahan Mei 2016. Lantas apakah ini pertanda bagi angkatan bersenjata Indonesia untuk unjuk gigi dalam menjamin keamanan bagi masyarakat Indonesia.

 

Revisi UU Terorisme dan Pelanggaran HAM

05-07-2016 | 12:15 WIB

Oleh: Zaki Zakaria, SH*

PEMERINTAH dan DPR bersepakat untuk merevisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Salah satu tujuan revisi UU tersebut adalah untuk memudahkan aparat penegak hukum melakukan upaya preventif pencegahan terorisme. Namun demikian, Draf Rancangan revisi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme tersebut dinilai oleh kalangan masyarakat sipil pegiat HAM telah menyampingkan hak-hak korban kasus terorisme yang seharusnya diatur dalam UU dan kekhawatiran revisi ini akan semakin terjadinya pelanggaran HAM.

Mamakku Luar Biasa...

05-07-2016 | 11:40 WIB

Oleh: Chappy Hakim

 

Tidak terasa, esok hari Rabu 6 Juli 2016 kita akan memasuki hari raya Idul Fitri. Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengumumkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1437 H jatuh tepat pada tanggal 6 Juli 2016.

Bagi mereka yang tinggal di Jakarta, beberapa tahun belakangan ini, hari-hari menjelang dan beberapa saat setelah Lebaran dengan mudah menandainya sebagai “hari tanpa kemacetan nasional” di Ibukota negera tercinta.

Kegiatan sehari-hari mendekati hari raya idul fitri, selalu saja ditandai dengan kegiatan yang khas “menjelang Lebaran”. Demam THR (Tunjangan Hari Raya) melanda dimana-mana. Demikian pula kegiatan lainnya menjelang hari raya yang tidak pernah terjadi disepanjang tahun, “mudik Lebaran”.

Khusus di dalam lingkungan keluarga pasti akan terlihat demikian banyak yang dikerjakan oleh Bapak Ibu dan anak-anak untuk mempersiapkan atau menyongsong datangnya hari Lebaran.

Kegiatan khusus dan unik ini tentu saja diwarnai dengan perubahan cukup menyolok dari tahun ke tahun, menyesuaikan perkembangan jaman.

Kenangan masa kecil

Banyak sekali “kenangan manis” yang sangat mengesankan dan sulit dilupakan di kala saya menjalani masa kanak-kanak saat menjelang hari raya Lebaran. Kenangan yang dipastikan akan tetap abadi menjadi kenangan yang tidak mungkin lagi rasanya untuk dapat terulang kembali.

Pada waktu saya masih bersekolah di SD, saat itu masih bernama Sekolah Rakyat atau SR (di akhir tahun 1950 hingga awal tahun 1960an) bulan puasa benar-benar menjadi bulan idaman dalam arti sesungguhnya.

Kala itu setiap menjelang bulan puasa tiba hingga beberapa hari setelah Lebaran anak–anak sekolah memperoleh libur panjang yang dikenal dengan liburan 40 hari.

Sebuah waktu libur sekolah sangat panjang yang bahkan kini bila kita membicarakannya menjadi satu hal yang sulit untuk bisa dipercaya……..libur sekolah 40 hari? Namun itulah yang terjadi saat itu.

Menjelang Lebaran, ayah dan ibu saya menjadi sangat super sibuk. Di tengah keseharian melaksanakan ibadah puasa, mereka harus mempersiapkan kedatangan hari Lebaran tanpa ada pembantu. Dapat dibayangkan bagaimana hiruk pikuknya kegiatan yang terjadi.

Ibu saya selalu membuat baju baru sendiri bagi anak-anaknya dari bahan sangat sederhana yang dibeli bersama beberapa keperluan Lebaran lainnya di toko “De zon” pasar baru atau toko “Baba Gemuk” di Pasar Senen.

Bahan pakaian sederhana yang dibelinya itu biasanya dicicil 2 atau 3 bulan sebelum bulan puasa. Ibu saya membuat sendiri pola baju anak-anaknya yang sering disebutnya sebagai “patroon”, sebelum memulai menjahit baju.

Patroon digambar terlebih dahulu di atas kertas koran bekas, kemudian digunting di atas meja. Dengan patron yang terbuat dari kertas koran bekas itulah kemudian ibu saya memotong bahan baju yang akan dibuat baju untuk saya dan kakak saya.

Tentu saja , sebelumnya ibu mengukur sendiri ukuran badan anak-anaknya dengan meteran kain yang sudah disiapkan sebagai alat vital menjahit pakaian.

Saat itulah saya mengenal pinsil merah biru yang diperoleh ibu dari ayah saya untuk membuat patron baju. Potlod atau pensil merah biru adalah sebuah pensil dengan dua ujung yang dapat diraut dan masing-masing berwarna merah dan biru.

Setelah bahan kain selesai dipotong, potongan-potongan itu digulung dan dilipat sekaligus dengan patron dari koran bekas kemudian diikat serta ditandai dengan nama saya atau kakak saya.

Potongan itu disimpan terlebih dahulu sampai tiba saatnya ibu saya ada waktu lowong yang dapat digunakannya untuk menjahit baju. Dua minggu atau bahkan sebulan sebelum Lebaran, terkadang juga sudah mepet beberapa hari jelang Lebaran, baru ibu saya mulai menjahit pakaian baru bagi saya dan kakak saya.

Tradisi saat itu hari Lebaran harus memakai pakaian baru. Pada masa anak-anak itulah saya dan kakak saya diajar ibu untuk membantu jahit memasang kancing.

Kakak dan saya sendiri harus memasang atau menjahit kancing baju masing-masing. Terkadang jari tertusuk jarum dan tidak jarang kancing yang terpasang miring-miring tidak segaris dengan lubang kancingnya, walau sudah diberi tanda.

Ibu saya yang memotong dan menjahit sendiri baju termasuk membuat lubang kancingnya. Anak-anak dipastikan tidak akan bisa menjahit lubang kancing yang sangat rumit.

Saat itu belum ada mesin jahit pembuat lubang kancing. Lubang kancing harus di jahit tangan. Ibu saya sangat mahir membuat lubang kancing yang terkadang dilakukannya sampai berhari-hari baru selesai.

Saya dan kakak saya selalu menunggui ibu saya menyelesaikan perkerjannya membuat baju. Saya sering protes mengapa baju kakak saya yang selesai duluan, dan ibu saya selalu berkata karena dia adalah kakak saya, kakak yang lebih tua dari saya.

Saat ibu membuat baju, kakak saya dan saya biasanya siap di dekat ibu untuk setiap saat membantu. Membantu mengambilkan gunting, membantu membersihkan meja bekas memotong patroon, membantu menggulung benang di “sekoci”, kelos kecil yang diletakkan di bawah jarum jahit di mesin jahit, dan juga membantu memasukkan benang ke lubang jarum.

Ibu saya sudah sedikit kesulitan dalam kemampuan matanya untuk melihat lubang jarum yang sangat kecil itu. Anak-anak diajarkan, agar mudah memasukkan benang ke lubang jarum, benang dipotong di ujungnya dengan arah yang sedikit miring, kemudian dibasahi sedikit agar mudah untuk diarahkan masuk ke dalam lubang jarum yang kecil.

Ibu menjahit dengan mesin jahit “singer” yang digerakkan dengan kedua kakinya di bawah mesin jahit.

Setiap mendengar suara mesin jahit berbunyi, saya dan kakak saya berlari-lari mendekat, sekedar mengecek saja baju siapa gerangan yang tengah dijahit.

Kemudian bertanya terus, "kapan kelarnya, Mak. Kapan kelarnya?"

Ibu saya selalu dengan tenang dan tersenyum biasa menjawab, "sabar ya, sabar ya, besok kelar."

Ibu saya menyelesaikan sebuah baju sampai berhari-hari, karena harus menyambi banyak pekerjaan rumah tangga lainnya.

Blok Masela untuk Kesejahteraan Siapa

04-07-2016 | 12:15 WIB

Oleh: Faisal Nazarudin S.Sos*

PRO dan kontra Pembangunan Kilang Minyak Blok Masela di Maluku selesai sudah ketika Presiden Jokowi menetapkan pembangunan kilang minyak di Darat (Onshore) bukan di laut (offshore). Semua pihak yang berseteru tidak lagi mempermasalahkan pembangunan Blok Masela di darat atau di laut , karena untuk kemajuan daerah Maluku khususnya dan umumnya negara Indonesia. Pemerintah ingin ekonomi daerah dan ekonomi nasional terimbas dari pembangunan Blok Masela ini dan pembangunan wilayah atau regional development diharapkan juga terkena dampak pembangunan proyek besar Blok Masela.

Wahai Mudikers Indonesia, Jagalah Keselamatan!

03-07-2016 | 15:15 WIB

Oleh: Moch. Irfandi

INDONESIA identik dengan momen mudik ketika menjelang perayaan Lebaran tiap tahunnya. Banyak fenomena yang terjadi ketika momen tersebut datang, salah satunya adalah padatnya pengguna transportasi umum seperti kapal penyebrangan. Namun, ada sisi yang dinilai kurang memberikan prioritas pada keselamatan pada mudikers ini, yakni para mudikers kerap memaksakan diri untuk masuk ke dalam kapal meskipun kapal tersebut telah berkapasitas lebih dari batas normal. Lantas, prioritas kita sebagai mudikers Indonesia apakah sampai di kampung halaman dengan selmat atau ingin berenang bersama-sama di laut lepas Indonesia?

Pesona Pariwisata Gandeng Kuliner Nusantara

02-07-2016 | 12:14 WIB

Oleh: Moch. Irfandi*

DUNIA kini mulai melirik pesona sektor pariwisata. Sektor ini dinilai telah mengalami peningkatan yang signifikan dengan melampaui perdagangan dunia dalam beberapa waktu terakhir. Pemanfaatan sektor pariwisata tidak lepas dari keindahan alam yang dimiliki oleh suatu daerah, lantas bagaimana dengan Indonesia yang memiliki pesona alam luar biasa, apakah beriringan dengan kemajuan sektor pariwisata.

Keutamaan Mengingat Mati

02-07-2016 | 11:26 WIB

Oleh : KH Yahya Cholil Staquf (Sumber foto: CNN)


Rasulullah Muhammad SAW pernah melarang orang melakukan ziarah kubur ketika orang-orang masih belum sempurna pemahamannya tentang iman dan tauhid. Larangan dilakukan lantaran khawatir orang-orang itu akan menyembah kuburan.

Tapi setelah Rasulullah menjalankan dakwah hingga orang-orang mengerti dengan baik makna tauhid dan iman, Rasulullah justru menganjurkan orang untuk berziarah kubur.

Rasulullah bersabda dari Ibnu Masud ra, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Aku dulu telah melarang kamu berziarah kubur maka (sekarang) berziarahlah (ke kubur). Karena ziarah kubur itu dapat menjauhkan keduniaan dan dapat pula mengingatkan alam akhirat.” (HR. Ibnu Majah)

Jadi tujuannya adalah mengingat mati, sebagai tujuan mendasar. Karena penting, mengingat mati adalah hal penting. Kita tidak tahu kapan ajal datang. Belum tentu kita meninggal ketika sudah tua, banyak yang masih muda dipanggil Allah karena berbagai sebab.

Dengan mengingat mati, orang akan ingat bahwa akan ada kehidupan akhirat sesudah mati dan akan ada pembalasan atas segala amal perbuatan yang dilakukan selama hidup. Hal ini membuat orang berusaha memperbaiki dirinya selama hidup dan menghindari perbuatan yang jelek.

Semakin sering mengingat mati, maka semakin baik. Tentu saja juga tidak harus terus-menerus karena ada waktu tertentu, ada keadaan tertentu yang sebaiknya tidak mengingat mati. Pada malam pertama pengantin baru misalnya, tidak usah ingat mati. Yang satu sudah ingin, yang satunya ingat mati.

Pedagang di pasar, ada orang menawar. “Ini sarung harga berapa, Bu?”

Pedagang menjawab, “Terserah sampeyan saja, Pak, sampeyan enggak bayar juga boleh. Mudah-mudahanan menjadi bekal saya sesudah mati.”

Kalau begitu, enggak sampai sehari langsung bangkrut.