Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Derita TKI di Malaysia

Diperlakukan Tak Manusiawi, Dipaksa Tidur di Kandang Anjing
Oleh : Roni Ginting/Dodo
Sabtu | 21-04-2012 | 14:06 WIB
theresia-mone.gif Honda-Batam

Theresia Mone, TKI asal Kupang yang dipaksa tidur di kandang anjing oleh majikannya di Malaysia.

BATAM, batamtoday - Derita para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mencari penghidupan di Malaysia yang kebanyakan kerja sebagai pembantu seakan tidak ada habis-habisnya. 

Banyak TKI acap kali mendapat pelakuan yang tidak manusiawi, mereka dihina, dipukul, diperkosa, ditelantarkan hingga disuruh tidur di kandang hewan peliharaan majikannya. 

Seperti yang dialami oleh seorang Theresia Mone (30), seorang ibu tiga anak asal Kupang, Nusa Tenggara Timur yang mengalami nasib buruk diperlakukan oleh para 'tuan-puan' di Negeri Jiran. 

Awalnya, niat Theresia berangkat ke Malaysia adalah ingin memperbaiki taraf ekonomi keluarganya. Omongan manis dari agen dengan iming-iming gaji besar serta kesejahteraan membuatnya tertarik.  

Angan berubah jadi mimpi buruk. Setelah ditempatkan kerja di rumah majikan, dia diharuskan bekerja banting tulang. Setiap hari dia harus

bangun jam 5 pagi, menyiapkan susu anak majikan, masak, membuat jus buah dan mencuci pakaian. Usai melakukan segala tugas itu, dirinya menyapu dan mengepel rumah tiga lantai. Dia juga harus mencuci 3 unit mobil setiap hari. 

"Bahkan sampai tak ada sempat mandi, kerjanya sangat berat," kata Theresia, saat ditemui di Shelter Dinas Sosial Kota Batam, Sabtu (21/4/2012). 

Theresia mengaku meskipun sudah bekerja dengan maksimal, dia malah diperlakukan dengan tidak baik. Setiap hari harus menerima omongan yang menyakitkan dari majikan, dimaki dan dimarahi. Bahkan saat sakitpun, dia dipaksa kerja. 

"Bahasanya sangat menyakitkan. Kita bilang sakit dimarahi dan dibilang bohong," keluhnya.

Yang lebih menyakitkan, dia diperlakukan seperti binatang. Hanya karena tidak sempat mandi setelah seharian kerja, wanita bertubuh kurus tersebut dipaksa untuk tidur di kandang anjing oleh majikannya. Padahal saat itu sedang turun hujan deras yang disertai dengan petir yang sangat keras, dia tidur bersebelahan dengan anjing. Hal itu sangat menyakitkan hingga dia teringat dengan tanah air dan keluarganya di kampung halaman. 

"Itu sangat menyakitkan, kita disamakan dengan binatang. Mereka sangat kejam," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. 

Akhirnya, setelah empat bulan kerja, dia memutuskan untuk kabur. Dia menyamar dengan mengenakan jilbab agar tidak ketahuan oleh majikannya dan ditampung di Konsulat Jenderal RI di Malaysia. 

"Menyesal saya kesana, itu pengalaman paling menyakitkan. Saya kangen dengan suami dan anak-anak," tuturnya. 

Pengalaman yang menyakitkan juga dialami oleh Mariam Kely (46) yang juga warga Kupang. Dia ditelantarkan oleh agen karena berbuat kesalahan di rumah majikan dan ditinggalkan begitu saja di stasiun kereta api tanpa uang dan tak tahu mau kemana. 

Mariam mengatakan baru 1 bulan kerja disuruh majikan untuk memasang bola lampu. Karena tidak tahu listrik, dia kesetrum. Majikannya langsung telepon agen untuk dibawa berobat. Akan tetapi bukannya dibawa ke rumah sakit malah dibawa ke stasiun kereta api. Yang membuat miris, dia malah ditinggal dan ditelantarkan disana tanpa bekal apapun. 

"Saya bingung, lagi sakit malah ditelantarkan. Untung saja ada orang yang kasihan dan menolong saja," ucap wanita paruh baya tersebut. 

Tak kalah miris dialami oleh Tartanti, (46), asal Kendal. Dia kabur dari majikannya karena sudah tidak tahan. Kemerdekaannya untuk beribadah sudah direnggut oleh majikan. Dia tidak diperbolehkan untuk menjalankan sholat, bahkan dipaksa untuk memakan makanan yang diharamkan oleh agamanya, dia selalu disodorkan makanan mengandung daging babi. 

"Tidak tahan dengan majikan karena tidak diperbolehkan sholat dan dipaksa makan babi, kerja 3 bulan langsung kabur," keluhnya. 

Derita yang dialami oleh tiga TKI ini pasti akan membuat Bung Karno dan RA Kartini menangis sedih. Bagaimana tidak kekhawatiran Proklamator itu terbukti bahwa bangsa Indonesia kini ”menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa”.  

 'Habis gelap, terbitlah terang', itulah yang menjadi cita-cita seorang RA Kartini, justru menjadi 'habis gelap, terbitlah buram' seiring dengan penderitaan para TKI ketika mengais rezeki di negeri orang. 

Akankah terus pemerintah mendiamkan hal ini?