Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keluarganya Tak Mampu Biayai Pengobatan

Denny, Penderita Hidrosefalus Sejak Usia 4 Bulan
Oleh : Lani/Magid
Rabu | 02-11-2011 | 10:52 WIB
Denny,_kondisi_fisiknya_sangat_berbeda_dengan_rekan-rekannya..jpg Honda-Batam

Denny (8), Penderita Hidrosefalus di Bintan. Saat ini keluarganya sangat buruh bantuan untuk biaya perobatan bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) ini. Foto:Lani/batamtoday

BINTAN, batamtoday-Tubuh mungil yang  tingginya tidak sampai satu meter itu, berjalan perlahan di tepi jalan dengan ditemani seorang temannya Nadya. Dia adalah Denny (8), bocah kelas 2 SD yang pertumbuhan badanya terhambat akibat penyakit hidrosefalus yang dideritanya sejak masih berusia 4 bulan.

Aisyah dan Sarjuni, kedua orang tua Denny, ditemui batamtoday di kediamanya di Kampung Budi Mulya, Batu 23 Kijang, Rabu (02/11/2011), menuturkan keinginanya untuk menyembuhkan buah hatinya tersebut.

“Waktu lahir, beratnya hanya 2,3 kg, Denny lahir saat usia kehamilan saya masih 8 bulan. Fisiknya memang sudah kecil dari lahir, tetapi tanda-tanda dia sakit belum terlihat. Pada umur 4 bulan barulah terlihat, kepalanya membesar sedangkan tubuhnya kecil,”kenang Aisyah dengan mata berkaca-kaca.

Sebagai orang tua yang menginginkan kesembuhan anaknya, mereka berusaha membawa Denny berobat. Namun tidak terjadi perubahan yang berarti bagi putra keduanya tersebut, kendati sering keluar masuk rumah sakit.

“Menurut dokter yang memeriksanya, Denny mengalami sakit dipergelangan tangannya, tulangnya tidak menyatu, tumbuhnya bengkok hingga menganggu pertumbuhannya dan juga hidrosefalus. Kami waktu itu, disarankan membawa Denny ke Jakarta untuk menjalani operasi. Namun kami tidak punya biaya, terpaksa niat itu kami urungkan,”keluh Sarjuni.

Ketidaktahuannya mengurus prosedural untuk mendapat bantuan pengobatan dari pemerintah, membuat pekerja kontrak sebagai Fitter (perakit kapal) di CV Piss Abadi ini, tidak dapat membawa anaknya ke Jakarta. Tetapi ia tetap memikirkan bagaimana nasib anaknya itu di kemudian hari.

“Dulu, menjelang usia 1 tahun, Denny bisa masuk rumah sakit sebanyak 6 kali. Kalau sekarang memang tidak lagi,”jelasnya.

Dalam pergaulan keseharian, Denny tergolong anak yang gampang bersosialisasi. Hanya saja, terkadang sejumlah temanya menjadikanya bahan ejekan. Ini juga yang mengganggu pikiran Sarjuni.

"Sesekali teman-temannya dilingkungan rumah ada yang mengejek, ‘kepala besar’, tapi bagaimana lagi, kami belum ada biaya untuk membawanya berobat," cetusnya sembari mengatakan tak ada harapan lain dalam hidupnya selain kesembuhan buah hatinya itu, oleh karenanya Ia sangat berharap ada pihak-pihak yang peduli dan sudi mengulurkan bantuan.