Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Susahnya Naik Haji Pakai Paspor Indonesia

Sudah Bayar Rp150 Juta, Malah Dipenjara
Oleh : Redaksi
Selasa | 13-09-2016 | 07:59 WIB
haji_hidayatbyyayaulya.jpg Honda-Batam

Hidayat Azis mendaftar ONH Plus di Palembang dengan biaya Rp150 juta per orang. (Foto: BBC)

LAMANYA daftar tunggu untuk bisa berangkat haji di Indonesia, yang sampai 30 tahun. Menjadi peluang bagi para penipu untuk menawarkan mimpi.

Ya mimpi untuk menginjakkan kaki di tanah suci, membuat Hidayat Azis mengeluarkan Rp150 juta untuk program haji plus yang ditawarkan sebuah agen perjalanan di Palembang.

Namun, dia tidak menduga langkah yang diambilnya pada 2014 itu akan membuatnya ditahan di negeri orang, di Filipina.

Pensiunan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkapalan tersebut mengenal travel haji itu dari kakaknya.

“Setiap tahun, kakak saya bawa orang Umroh pakai travel ini. Tiap tahun. Tidak ada masalah. Tapi itu Umroh,” tutur Hidayat.

Setelah mengetahui agen perjalanan itu berkantor di salah satu jalan protokol di Palembang, Hidayat dan istrinya pun, pada 2014, langsung mendaftar haji kategori khusus (ONH Plus).

Namun, lelaki asal Yogyakarta yang saat itu tengah bertugas di Sumatera Selatan tersebut perlu menunggu dua tahun hingga ia dihubungi kembali oleh agen perjalanan yang ia tidak mau sebutkan namanya ini, “karena masih dalam proses pengembalian dana”.

“Bulan Mei (2016), last minute, saya dibilang kalau rombongan Palembang mengambil visa lewat Filipina. Di situ saya mulai curiga, mengapa lewat Manila?”

Laki-laki yang Januari lalu pensiun ini pun mendapat jawaban dari agen perjalanannya bahwa visa diambil di Filipina karena "kuota Indonesia sudah habis".

Kecurigaan Hidayat bertambah karena saat akan berangkat dari Jakarta untuk membuat visa di Filipina pada akhir Mei 2016, ternyata hanya dia dan istrinya yang berasal dari Palembang.

Di Jakarta, ia menyadari bahwa mereka digabungkan dengan 10 calon haji lain dari berbagai daerah dengan mayoritas dari Jakarta dan ada yang dari Sukabumi.

“Saya kan tidak mau. Saya kan yang (ONH) plus. Rp150juta per orang, tetapi saya dan istri dititip ke travel abal-abal (di Jakarta).”

Sekembalinya dari Filipina, Hidayat pun mendatangi pemilik travel di Palembang. Ketidaknyamanan yang dia rasakan membuatnya dan istri berniat untuk tidak jadi berangkat haji dengan agen travel itu.

“Saya bilang, kembalikan uang saya. Lalu dia jawab, “Berangkat aja Pak, umur kan tidak tahu”. Saya langsung marah, urusan umur saya kan urusan Tuhan. “Yang penting saya daftar ke kamu, kalau nggak jadi, kembalikan uang saya. Urusan saya mati besok atau kapan, bukan urusan kamu”,” tutur Hidayat dengan nada tinggi, mengulang apa yang disampaikannya saat itu.

Pada akhirnya, ia dan istri memutuskan untuk tetap naik haji dengan agen perjalanan itu karena "desakan keluarga" dan "travel tidak mau mengembalikan uangnya".

Dia memaparkan, di hotel, menjelang keberangkatan, pihak agen di Manila meminta paspor Indonesia milik mereka semua.

"Saya pikir untuk kemudian ditempel visa Filipina,” dan mereka pun kemudian diangkut ke bandara.

Ratusan calon haji Indonesia yang diberangkatkan melalui Filipina merupakan "korban penipuan" dari berbagai daerah.

Setibanya di bandara, Hidayat dan calon haji asal Indonesia lain dibagikan paspor Filipina, dengan visa Filipina dan nama yang berbeda-beda.

“Nama saya Hidayat Azis, dibalik jadi Azis Hidayat. Sementara istri saya namanya berubah jadi nama Filipina. Namanya udah seperti saudara Manny Pacquiao,” kata Hidayat sambil tergelak.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani