Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bangunan Sekolah Mangkrak

Siswa SMAN 17 Numpang Belajar di SMPN 27
Oleh : Gokli/Dodo
Jum'at | 13-01-2012 | 16:17 WIB
Numpang01.gif Honda-Batam

Siswa SMAN 17 (berseragam hijau tua) berpapasan dengan beberapa siswa SMPN 27 (berseragam biru) saat hendak memulai aktivitas belajar. (Foto: Gokli/batamtoday). 

BATAM, batamtoday - 160 siswa SMAN 17 Batam di kawasan Sagulung terpaksa harus menumpang belajar di SMPN 27 kavling Seroja, Dapur 12 lantaran bangunan sekolah menengah atas senilai Rp1,2 milliar itu mangkrak. 

 

160 siswa ini menggunakan empat lokal milik SMPN 27 sebagai tempat belajar. Setiap lokal terpaksa harus menampung 40 siswa yang seharusnya dihuni 30 siswa. 

Dikarenakan menumpang belajar, siswa SMAN 17 ini terpaksa harus masuk siang, mengingat lokal yang tersedia di SMPN 27 tidak mampu menampung semua siswa yang ada jika digabung masuk pagi. 

"Bangunan sekolah belum jadi, kami terpaksa numpang belajar di SMP," kata Yudi salah seorang siswa SMAN 17 di SMPN 27, Sabtu (13/1/2012). 

Dengan kondisi numpang dan harus masuk siang, beberapa siswa mengaku gerah lantaran suasana belajar di siang terkadang membuat siswa-siswa itu malas dan ngantuk. 

"Gimana gak malas bang, kawan sudah pulang sekolah sementara kami baru mau masuk," kata Sapto, siswa lainnya. 

Dimulai dari Senin sampai Sabtu, siswa SMAN 17 ini masuk pukul 13.00 WIB dan pulang pukul 17.30 WIB untuk menerima delapan mata pelajaran. 

Beberapa guru SMAN 17, saat ditanyai tak satu orang pun yang tahu kenapa pembangunan gedung itu belum selesai sampai sekarang. Padahal jika dilihat dari waktu pengerjaannya awal September 2011 lalu gedung ini seharusnya sudah selesai. 

"Kami gak tau kenapa bisa seperti ini, rencananya pada awal Januari 2012 sudah harus ditempati dan ternyata masih terbengkalai," ungkap Parmifi, guru olah raga SMAN 17. 

Parmifi juga menambahkan, masalah pembangunan gedung itu bukanlah urusan mereka, dimana posisi mereka sebagai guru tidak mengurusi masalah pembangunan. 

"Kami hanya tenaga pengajar dan pendidik, masalah bangun itu urusan komite sekolah dengan kontraktor," tambahnya.