Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Luncurkan Buku Taufan Al Aqsa, DPR Didesak Rancang UU Dukung Kemerdekaan Palestina
Oleh : Redaksi
Sabtu | 01-02-2025 | 18:44 WIB
Aher-Ahed1.jpg Honda-Batam
Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI Ahmad Heryawan dan Direktur Yayasan Persahabatan & Studi Peradaban (YPSP) Dr. Ahed Abu Alatta. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Peristiwa 7 Oktober 2023 merupakan titik klimaks berubahnya opini dunia terhadap konflik Palestina dan Israel. Sejak 1948, dunia khususnya negara-negara Barat masih mendukung Israel sebagai sebuah negara, dan terjadi peningkatan kekerasan terhadap warga Gaza dan pembatasan akses kaum muslim masuk ke Masjid Al Aqsa. Namun paska Taufan Al Aqsa, sebuah operasi militer dari pejuang Palestina pada 7 Oktober, opini masyarakat dunia mulai berpihak kepada Palestina, sesuatu yang tidak pernah terjadi sejak 1948.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI Ahmad Heryawan pada peluncuran buku Taufan Al-Aqsa pada Jumat (31/1/2025) di Gedung DPR/MPR RI. Buku yang ditulis oleh aktifis dakwah Fahmi Salim tersebut bercerita tentang data dan faka tentang Palestina, mulai dari sejarah hingga masa komtemporer.

Menurut Aher, panggilan akrab Ahmad Heryawan, dukungan dari negara-negara Barat seperti Spanyol maupun negara-negara nordik seperi Irlandia kepada kemerdekaan Palestina benar-benar sesuatu yang tidak terduga. Apalagi aksi demonstrasi yang meluas di kampus-kampus Amerika Serikat mengindikasikan bahwa opini dunia sudah berpihak pada perjuangan kemerdekaan Palestina.

"Majelis Umum PBB pun sudah mengeluarkan resolusi yang menyerukan penghentian kekerasan terhadap warga Palestina tanpa syarat. Meskipun Israel tidak menghiraukan resolusi tersebut," tuturnya.

Aher menegaskan pentingnya dukungan dari masyarakat Indonesia untuk mendorong penghentian permanen perang dan memberikan kemerdekaan penuh terhadap Palestina.

"Dukungan kemerdekaan Paletina sudah disampaikan oleh presiden-presiden Indonesia sebelumnya, termasuk Bung Karno yang menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung Palestina hingga kemerdekaan mereka tercapai," tegasnya.

Direktur Yayasan Persahabatan & Studi Peradaban (YPSP), yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan tersebut, Dr. Ahed Abu Alatta menegaskan pentingnya solidaritas global dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. Ia mengungkapkan bahwa konflik di Gaza telah menyebabkan lebih dari 46.000 korban jiwa, serta kerugian material yang luar biasa. Namun, ia menekankan bahwa ketahanan dan semangat juang rakyat Palestina tetap tak tergoyahkan.

"Apa yang ditunjukkan oleh warga Gaza dalam mempertahankan hak-hak mereka sejalan dengan amanat konstitusi Indonesia, yang dengan tegas menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi," ujar Abu Alatta.

Ia juga mengapresiasi konsistensi Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina, baik melalui diplomasi di tingkat pemerintahan maupun partisipasi aktif masyarakat sipil. Sejak lama, Indonesia telah menyuarakan dukungannya di berbagai forum internasional, termasuk di parlemen dunia dan organisasi multilateral.

Sri Vira Chandra, Ketua Bidang Jaringan Misi Indonesia untuk Perdamaian Dunia (MINDA), menekankan pentingnya dibuat Undang-Undang terkait dukungan Indonesia terhadap Palestina. Ia menyatakan bahwa selama ini pembelaan terhadap Palestina hanya didasarkan pada alinea 2 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

"Meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun aktifitas ekspor impor Indonesia dan Israel tetap berjalan lancar," ujarnya.

Menurut BPS, nilai transaksi mencapai 104 juta US dollar pada semester 1/2023 bersumber dari 92,4 juta dollar dalam bentuk ekspor dan 12 juta dollar dalam bentuk impor.

"Jumlah itu 50 kali lebih banyak daripada perdagangan RI dengan Palestina," ungkapnya.

Ia pun mengusulkan agar pemerintah dan DPR membuat undang-undang yang lebih rinci mengenai ketidakadaan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel.

"Contohnya termasuk melarang pengibaran bendera Israel dan Palestina serta melarang hubungan dagang. Jika masyarakat melakukan boikot, negara memiliki wewenang untuk bertindak," terangnya.

Berdasarkan informasi dari Yayasan Persahabatan & Studi Peradaban (YPSP), selain seluruh wilayah Indonesia, sejumlah warga negara yang menggelar aksi demonstrasi untuk mendukung kemerdekaan Palestina adalah London, Inggris, Prancis, Dublin, Irlandia, Dusseldort, Jerman, Roma, Barcelona, Sydney, Australia, Los Angeles, New York, Turki, Yaman, Iran, Malaysia, Jepang, Cina, Korea Utara, Pakistan dan lainnya. Tuntutannya adalah agar Israel menghentikan serangan terhadap wilayah Gaza, mendesak PBB memberikan sanski berat terhadap Israel, dan mengajak seluruh dunia mendukung kemerdekaan Palestina.

Editor: Yudha