Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Air Terjun Jelutung Terbuang ke Laut, Lingga Kehilangan Pendapatan Rp2,4 Triliun
Oleh : Nur Jali
Minggu | 14-05-2017 | 12:00 WIB
air_terjun1.jpg Honda-Batam
Air Terjun Jelutung di Desa Mentuda, Kecamatan Lingga (foto: Nur Jali)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kabupaten Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) kehilangan potensi pendapatan dari sumber daya air dari Air Terjun Jelutung di Desa Mentuda, Kecamatan Lingga mencapai Rp2,4 triliun per tahun.

Angka ini diperoleh dari perhitungan jumlah debit air terjun Jelutung yang mencapai 6.000 liter per detik terbuang sia -sia ke laut.

Demikian diungkapkan Bupati Lingga, Alias Wello, usai mengikuti Forum Group Discussion (FGD) dengan tema "Menggali Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Air Kabupaten Lingga" di Hotel Harmoni, Nagoya, Batam, Sabtu (13/5/2017).

"Ini fakta yang sangat mencengangkan. Kita kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp2,4 triliun per tahun dari air terjun Jelutung yang terbuang ke laut. Anda bisa hitung sendiri, debit air terjun Jelutung mencapai 6.000 liter per detik dikalikan harga penjulan air minum sekitar Rp13 ribu per meter kubik," kata Alias.

Pakar air dari Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr Ir Arie Herlambang mengakui, kualitas dan mutu Air Terjun Jelutung di Pulau Lingga terbaik dari beberapa sumber air minum yang pernah ditemuinya di berbagai daerah di Indonesia.

"Selama ini kita mengenal air pegunungan Slamet di Jawa Tengah dan pegunungan Bogor di Jawa Barat yang terbaik. Ia memiliki kandungan TDS (Total Dissolved Solid) 10 dan 40. Sementara air terjun Jelutung TDS-nya hanya tiga. Air minum seperti ini sangat baik untuk kesehatan dan bisa langsung diminum, tanpa perlu pengolahan lagi," bebernya.

Sementara itu, ahli perpipaan bawah laut, Alex Agung Mardwiyanto, memberi apresiasi atas gagasan Bupati Lingga, Alias Wello untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam, Bintan dan sekitarnya melalui sistem pipanisasi bawah laut.

"Saya salut dan apresiasi atas gagasan besar yang diusung pak Bupati. Tidak ada yang mustahil sepanjang kita ada kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Menyalurkan gas dari Natuna ke Singapura melalui pipa bawah laut, jauh lebih sulit ketimbang menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam," katanya.

Alex mengatakan, berdasarkan hasil perhitungan jarak yang dilakukannya, panjang pipa yang dibutuhkan untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam mencapai 120 kilometer. Ia memperkirakan, total biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa bawah laut sepanjang 120 kilometer mencapai angka sekitar Rp500 miliar.

Dukungan dan apresiasi yang sama disampaikan Kasubdit Air Tanah dan Air Baku Wilayah Barat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Alexander Leda, ST, MT. Ia berjanji sepulang ke Jakarta akan melaporkan hasil FGD tersebut ke Direktur Jenderal Sumber Daya Air.

"Pada prinsipnya Kementerian PUPR mendukung gagasan ini. Mari kita bersinergi dan berbagi peran masing – masing untuk mewujudkannya. Batam kekurangan air baku sekitar 1.100 liter per detik dan Bintan kekurangan sekitar 900 liter per detik." tambahnya.

Acara FGD yang dipandu cendikiawan muda, Rezki Syahrir, ST, S.IP, MBA, M.Sc itu, juga dihadiri narasumber dari Universitas Gadjah Mada, yakni Ahli Perencanaan Wilayah dan Daerah Berbasis Sumber Daya Alam), Dr. Ir. Arif Kusumawanto, MT, IAI dan Pakar Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Air, Dr. Ir. Alva Edy Tontowi, MSc.

Editor: Surya