Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kapal Rusia Mendekat, Pemberontak dan Warga Sipil Suriah Cemas
Oleh : Redaksi
Kamis | 03-11-2016 | 14:14 WIB
kapal-laut-rusia.gif Honda-Batam

Delapan kapal perang Rusia yang telah memasuki perairan Mediterania pada 26 Oktober lalu kian memicu ketakutan para pemberontak di Suriah (Reuters/Norwegian Royal Airforce/NTB Scanpix/Handout)

BATAMTODAY.COM, Suriah - Delapan kapal perang Rusia dilaporkan telah memasuki perairan Mediterania pada akhir Oktober lalu. Kehadiran kapal Rusia itu memicu kekhawatiran di antara kelompok pemberontak Suriah terhadap kemungkinan rezim Presiden Bashar al-Assad akan meluncurkan semakin banyak serangan dengan bantuan Moskow.

TIME pada Selasa (1/11/2016) melaporkan bahwa kapal induk Rusia yang memimpin sebuah armada kapal perangnya berangkat dari pelabuhan Barents, Severmorsk, pada 15 Oktober lalu. Armada yang dapat memperkuat kehadiran militer Rusia di Suriah itu dijadwalkan tiba di pangkalan angkatan laut, kota pesisir Tartus.

Menurut warga sipil Suriah yang tinggal di wilayah pendudukan militan, khususnya di Kota Aleppo, tak ada yang baru dari prospek serangan militer Rusia di Suriah ini. Bantuan militer Rusia di Suriah dinilai tak menghasilkan jalan keluar yang baik bagi penyelesaian konflik di Suriah.

"Sejak Rusia memiliki pangkalan militer di daratan Suriah, saya pikir kapal induk (Rusia) ini tidak akan memberikan banyak perubahan," ucap Wissam Zarqa, seorang guru yang tinggal di kawasan yang dikepung kelompok pemberontak di timur Aleppo.

Zarqa menilai bahwa semakin banyak warga sipil dan rumah sakit yang menjadi target serangan. Operasi militer Rusia dinilai lebih menyasar pada Kota Aleppo secara luas daripada untuk menghentikan pengepungan kelompok pemberontak.

Sementara menurut Abdulkafi Alhamdo, salah seorang warga Suriah lainnya di Aleppo, serangan Rusia kali ini dilakukan untuk memusnahkan warga sipil Suriah secara lebih masif lagi.

"Saya pikir serangan Rusia kali ini akan berbeda. Rusia telah menargetkan masyarakat sipil berkali-kali dalam serangannya di Suriah. Kali ini, serangannya  benar-benar akan dilakukan untuk memusnahkan warga Suriah. Tapi kami tidak takut," kata Alhamdo.

Sejak September 2015, angkatan udara Rusia membantu Assad untuk melawan dan menggagalkan serangan dari kelompok pemberontak bersenjata di Suriah yang mulai tumbuh sejak 2011.

Tak hanya menghancurkan kelompok pemberontak, serangan koalisi Assad dan Rusia itu dilaporkan turut menjadikan warga sipil sebagai target serangan dan menghancurkan berbagai infrastruktur seperti sekolah, pasar, dan rumah sakit.

Studi yang dilakukan kelompok pengawas yang berbasis di London, Airwars, memaparkan bahwa serangan Rusia setidaknya telah menyebabkan sekitar 6.656 warga sipil Suriah tewas hingga Oktober 2016 kemarin.

Berdasarkan data Amnesty International, lebih dari 48 orang termasuk 17 anak-anak, tewas dalam serangan Rusia yang dimulai 28 Oktober lalu. Rusia menganggap seluruh kelompok oposisi yang berseteru dengan rezim Assad merupakan organisasi teroris.

"Ini waktu yang tepat bagi rekan kami di Barat untuk menentukan siapa yang mereka perangi, teroris atau Rusia," ucap Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

Sumber: TIME
Editor: Udin