Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PT Tiga Bintang Main Culas, PLN Ranai Sasaran Amarah Warga
Oleh : Riki Rinovsky/Dodo
Rabu | 06-07-2011 | 10:57 WIB
PLN_Natuna.jpg Honda-Batam

Generator pembangkit milik PLN Ranai.

RANAI, batamtoday - PLN Ranting Ranai, Natuna akan melakukan pemadaman listrik secara bergilir di wilayah tersebut jika mesin pembangkit milik Perusda yang dikelola PT Tiga Bintang masih sering kehabisan bahan bakar jenis solar.

"Selama ini listrik sering padam bukan semata-mata karena sedang ada perbaikan pada jaringan listrik, tetapi mesin pembangkit milik Perusda tengah kehabisan solar, sehingga mau tidak mau PLN terpaksa melakukan pemadaman listrik di beberapa jalur," kata Eko Maruli Wibowo, manajer PLN Ranting Ranai kepada batamtoday, Kamis, 6 Juli 2011.

Eko menjelaskan kapasitas mesin pembangkit yang dimiliki PLN Ranai hanya 2,3 Mega Watt dan ditopang oleh mesin pembangkit milik Perusda sehingga mampu menopang kebutuhan listrik Natuna saat beban puncak yang mencapai 3,3 Mega Watt.

Alhasil, saat mesin pembangkit yang dikelola oleh PT Tiga Bintang itu shutdown mengakibatkan Natuna mengalami defisit suplai listrik maka warga mendapatkan dampaknya yakni pemadaman bergilir. Sehingga, akibat pemadaman itu warga menjadi marah dan menuding PLN Ranting Ranai sebagai biang kerok 'byar-pet'-nya listrik di kawasan itu.

"Sebenarnya kita tidak menginginkan listrik di daerah ini kembali padam bergilir, tapi karena PT Tiga Bintang dan pihak Perusda tidak komitmen untuk membenahi masalah ini, maka pemadaman  bergilir menjadi jalan keluarnya," katanya.

Saat ini, kata dia, persediaan solar untuk mesin pembangkit milik Perusda tinggal hitungan jam saja, sedangkan mesin yang dioperasikan sebanyak dua unit dengan kapasitas daya tidak sampai 1 Mega Watt. Secara otomatis akan ada lokasi yang harus dipadamkan. Jika itu masih terjadi, pemadaman akan berlanjut hingga pekan ini.

Alasan ketiadaan pasokan bahan bakar bagi mesin milik Perusda yang dijadikan alasan PT Tiga Bintang, menurut Eko hal itu cukup aneh lantaran ketersediaan solar dijamin oleh Pertamina, terlebih untuk pembangkit listrik.

Kebutuhan solar dalam satu hari untuk mengoperasikan mesin pembangkit milik Perusda sekitar 10 ton. Sedangkan mesin pembangkit milik PLN menghabiskan sekitar 7 hingga 8 ton solar per harinya.

"Untuk mengantisipasi kelangkaan minyak di Pertamina, PLN selalu menyiapkan stok solar untuk kebutuhan dua minggu, yang perlu ditanyakan adalah, kenapa PT Tiga Bintang bisa kehabisan minyak? Apa minyak di Pertamina habis? Sementara dari pihak Pertamina bilang ke saya, kalau BBM untuk kebutuhan listrik selalu ada apalagi harganya untuk industri dan bukan harga subsidi, tentunya stok minyak selalu ada," jelas Eko.

Menurut Eko, masalah listrik di Natuna saat ini, biar masyarakat saja yang menilai. PLN berkomitmen akan memaksimalkan pasokan listrik kepada masyarakat, dan itu sudah terbukti dengan adanya pemasangan meteran listrik baru ke rumah warga.

"Kami tidak berharap terjadi hal buruk terhadap kondisi listrik di Natuna, seperti gara-gara ketidakprofesionalan dalam bekerja membuat masalah listrik di daerah ini kacau. Jadi saya minta pihak Perusda supaya lebih profesional lagi dalam bekerja, karena ini demi pelayanan yang baik kepada masyarakat Natuna" pungkasnya.