Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Prada Ogiopan Tewas di Tangan Komandan atau Seniornya?
Oleh : Riky Rinovsky/TN
Senin | 20-06-2011 | 22:10 WIB
foto_ot_ogi.jpg Honda-Batam

Ibu almarhum Ogiopan, nampak tidak dapat menguasi dirinya saat menyambut jenasah anakanya Prada (Anumereta) Ogiopan Effendi yang tewas karena kekerasan yang dilakukan atasan dan  seniornya pada Jumat malam 17 Juni 2011 di Markas Kompi C 134/TS, Natuna. (Foto: Ist).

Batam, batamtoday - Kedatangan jenasah Prada (Anumerta) Ogiopan Effendi disambut tangis histeris oleh keluarganya, di bandara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Minggu 19 Juni 2011. Keluarga korban mencaci habis-habisan dengan kata-kata kasar Komandan Ogiopan di Kompi C Batalion 134/TS, Letnan Satu (Lettu) IJ.

Ogiopan sendiri langsung dibawa ke rumah duka di daerah Sukajadi, dan pada hari itu juga jasadnya dikuburkan di Pekanbaru. Keluarga korban nampaknya tidak dapat menerima kematian Ogiopan, dan minta agar Kodam I Bukit Barisan  di Medan turun tangan mengusut kasus ini  dan meminta agar Komandan Kompi (Danki) Lettu IJ dan anggota Kompi C Batalion Infantri 134/TS bertanggungjawab atas kematian Ogiopan.

Seperti diketahui, Prada Ogiopan tewas setelah mengalami penganiayaan oleh Danki (Komandan Kompi) C Batalion Infantri/134 Tuah Sakti, Natuna, dan juga para seniornya, pada Jumat 17 Juni 2011. Jenasahnya dibawa ke RSUD Natuna pada keesokan harinya untuk dilakukan visum.

Sumber di RSUD Natuna kepada batamtoday per telepon mengatakan, saat tiba di RSUD Natuna, kondisi jasad korban cukup mengenaskan mengalami luka lebam di sekujur tubuh dan wajah yang babak belur. Kematian diduga kuat, korban mendapat pukulan bertubi-tubi pada tubuhnya.

Pemeriksaan atas jasad korban dilakukan langsung oleh Dirut RSUD, Sunarto, yang didampingi penyidik Provost dari Kodim 0318 Natuna, Sersan Mayor TNI Sucipto.

"yaa, kondisi jasad koran cukup mengenaskan, penuh luka lebam, dan wajahnya babak belur," kata sumber yang minta jatidirinya disimpan.

Sementara Komandan Provost Kodim 0318 Kapten TNI Arifin ketika dihubungi batamtoday per telepon menolak berkomentar, namun dia mengakui kalau Danki IJ telah diterbangkan terlebih dahulu ke Pekanbaru, pada sabtu 18 Juni 2011.

Sedangkan  ke 15 anak buahnya, seperti diberitakan batamtoday, Senin siang hari ini, 20 Juni 2011 tiba di bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang. Sesaat setelah tiba di Bandara Raja Haji Fisabillah (RHF) Tanjungpinang, ke 15 anggota Kompi C Batalion 134 Tuah Sakti itu, langsung disambut dan dibawa dengan menggunakan truk TNI-AD dari bandara Raja Ali Haji ke pelabuhan Sri Bintan Pura menuju Batam dan selanjutnya menuju Pekanbaru, Riau.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wiryantoro NK di Jakarta mengakui peristiwa tewasnya Prada Agiopan Effendi akibat tindakan pembinaan berlebihan yang dilakukan senior dan atasannya.

Selanjutnya, Danki IJ dan ke-15 anggota Kompi C 134/TS, ditahan dan diterbangkan ke Pekanbaru untuk melakukan pemeriksaan, ujar Wiryantoro.

Keterangan diperoleh batamtoday mengatakan bahwa, korban Ogiopan kerap bersikap indisipliner dan tidak masuk tugas tanpa keterangan. Mungkin sudah ditegur berkali-kali oleh komandanya, Lettu  IJ, namun sikap Ogi belum juga berubah, sehingga pada hari naas itu, Jumat malam, 17 Juni 201, Ogiopan dipanggil oleh Lettu IJ dan diberikan hukuman. Setelah itu, Ogiogan juga diserahkan kepada para anakbuahnya, anggota Kompi C 134/TS, para senior korban, untuk juga memberikan pelajaran kepada korban.

Namun belum dapat diketahui pasti, apakah Ogiogan tewas di tangan komandanya ataukah di tangan para seniornya, anggota kompi C/134 TS. Kasus ini masih dalam penyelidikan mendalam pihak Provost Kodam I Bukit Barisan.