Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

17 TKI Ilegal yang Selamat Tiba di Batam
Oleh : Ali/TN
Kamis | 02-06-2011 | 20:44 WIB
Kapal_tenggelam.gif Honda-Batam

Kapal Tenggelam - Kapal pengangkut puluhan TKI tenggelam di Perairan Johor pada Rabu, 1 Juni 2011 kemarin. (Foto: Ilustrasi)

Batam, batamtoday - Sebanyak 17 dari 22 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang selamat saat perahu tempel yang mereka tumpangi dihantam ombak dan tenggelam di perairan Tanjung Ayam, Pengerang, Malaysia pada Rabu dini hari, 1 Juni 2011, akhirnya kembali ke tanah air melalui pelabuhan Ferry Internasional, Batam Center, sekitar pukul 15.20 WIB, Kamis 2 Juni 2011.

Wajah para TKI ilegal itu tampak sangat kelelahan, setelah kemarin hampir lima jam terombang-ambing di lautan, dan nyaris putus atas.

Keterangan yang diperoleh batamtoday menyebutkan, ke 22 TKI bersama dua  orang tekong (Nahkoda) berkewarganegaraan Indonesia bertolak dari kawasan Tanjung Pengelih (Jalur ilegal, red), Kota Tinggi Johor, pukul 04.00 waktu Malaysia dengan tujuan salah satu pelabuhan tikus di Batu Besar, Nongsa, Batam.

Namun baru 25 menit berlayar, di tengah pelayaran kapal tempel mereka dihantam ombak besar, dan akhirnya kapal pecah dan karam.

Para TKI mencoba bertahan dengan menggunakan barang apa saja sebagai penopang, baik itu kayu, gabus, drum dan apa saja dari barang-barang pecahan kapal.

Teriakan minta tolong dan lambaian tangan para korban agen gelap TKI ini, tidak membuahkan hasil, karena kapal yang melintas tidak dapat melihat mereka.

Pertolongan akhirnya datang, ketika sebuah kapal berbendara China melintas dapat melihat keberadaan para korban, dan segera melaporkan kejadian kepada Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APPM).

Slamet, salah seorang korban menyatakan bersykur dapat selamat, dan sungguh dia sempat putus asa dan mengira dirinya akan terkubur di tengah laut.

Hal yang sama disampaikan Sugihadi (28) asal Pati, Jawa Tengah, lelaki yang mengaku telah 4 tahun hijrah ke negeri jiran tanpa dokumen resmi, mengatakan saat kapal kayu yang ditumpangi terhempas ombak dan akhirnya tenggelam, sempat dilanda rasa putus asa yang luarbiasa. Namun demikian mereka berusaha untuk tetap bertahan hidup dengan memanfaatkan pecahan kapal dan peralatan lainnya yang mengapung.

"Kalau tidak ada gabus dari kapal  karam itu, mungkin saya tidak selamat," ujarnya.

Korban lainnya, Wahab bin Zaini yang juga mengaku tidak memiliki dokumen selama 3 tahun mencari nafkah di Malaysia, mengaku kapok menggunakan jalur illegal.

"Ampun mas, saya kapok masuk Malaysia tidak memiliki dokumen resmi," ucapnya yang mengaku masuk ke Malaysia melalui pelabuhan tikus Batu Besar, dekat Mapolda Kepulauan Riau (Kepri).

Sementara itu,  7 orang lainnya dari 22 TKI korban kapal kayu tenggelam masih belum ditemukan, termasuk 2  (nahkoda) asal Indonesia, yang diketahui adalah warga Tanjung Sengkuang, Batam.

"Kami bersama pihak terkait masih terus berupaya melakukan pencarian korban tenggelam yang belum berhasil ditemukan," kata Dewanto, Konsuler Jenderal RI untuk Johor Bahru Malaysia, yang mengantar para korban tenggelam dari Johor ke Batam.

Dewanto juga mengatakan, untuk sementara ini ke 17 korban tenggelam, akan diinapkan di Batam sebelum dipulangkan ke daerahnya masing-masing.

"17 korban selanjutnya akan dibawa menuju tempat penampungan sementara di Dinas Sosial Kota Batam di Sekupang," ujarnya.