Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demi Anak, Rela Melacur di Dinasty Pub
Oleh : Ali / Magid
Kamis | 05-05-2011 | 17:55 WIB
cerita-pelacur.jpg Honda-Batam

Pelacur Batam, ilustrasi siluet.

Batam, batamtoday - Ditengah geliat pembangunan Kota Batam dengan segala impian kesejahteraan yang sering dihipnotiskan media masa, ternyata masih banyak menyisakan residu, setitik kisah buram, dari sebagian mereka yang hari ini masih termarginalkan.

Disudut Nagoya, di sebuah tempat hiburan karaoke, seorang perempuan dengan terpaksa menjalani hari-harinya sebagai pramuria plus alias pramu syahwat para pria. Adalah Dika, -bukan nama sebenarnya, selama ini terpaksa menajalani hari-harinya dikelilingi minuman keras dan pria hidung belang. Dia terpaksa menjajakan dirinya di Dinasty Pub, lantaran terhimpit persoalan ekonomi pasca bercerai dengan suaminya. Kini, hari-harinya dijalani dengan segudang kisah buram di Pub yang berlokasi di belakang Hotel Good Way Batam itu.

"Saya terpaksa begini bang, karena anak-anak butuh uang untuk sekolah, bapaknya tidak mau tanggung jawab setelah cerai dengan saya," ujar Dika, saat ditemui batamtoday di Dinasty Pub beberapa waktu lalu.

Diceritakan Dika, awalnya datang ke Batam ingin mencari pekerjaan halal. Berbekal informasi dari salah satu temanya di Jakarta, Perempuan keturunan Manado-Flores ini bergegas mendatangi kota ini. Namun ibarat menggantang asap, mimpi yang sudah dirangkai sejak masih di Ibu Kota ternyata ludes begitu menginjakan Batam. Janji dipekerjakan di restoran, malah dipaksa menjadi pramuria plus-plus, yang tiap saat siap dijamah tubuhnya.

"Sudah terlanjur ditipu, mau gimana lagi, saya terpaksa jalani hari-hari disini," ujar gadis mungil berkulit putih ini, dengan sesekali menghisap rokok di tanganya.

Dulunya Dika adalah pemeluk agama yang taat. Kini Ia jadi penentang Tuhan yang taat, lantaran merasa garis hidupnya dipenuhi rasa frustasi dan penyesalan. Meski usianya baru 28 tahun, tapi perempuan ini sudah memiliki dua anak, yang kini diasuh saudaranya di Jakarta. Perkawinan yang diimpikan bisa merubah hidupnya, justru menjerumuskan perempuan ini dalam jejak kepahitan.

"Saya memilih cerai daripada terus disiksa suami, tapi sekarang malah jadi begini (pelacur.red), gak papalah bang, mungkin memang nasib saya," katanya dengan menahan kesedihan, sorot matanya berkaca-kaca.

Didepan wartawan batamtoday, Dika sempat menceritakan suka duka melayani tamu di Dinasty Pub. Tidak selamanya tamu yang datang bisa berlaku halus pada Perempuan ini. Kadang-kadang ada satu dua tamu yang tanpa kasihan mengasarinya.

"Kalau mereka mabuk, kadang saya juga disiksa," kata Dika sembari menunjukan bekas luka lebam dibagian lehernya.

Kejadian seperti itu, bukan satu dua kali saja dialami selama melayani tamu di Dinasty Pub. Hal ini dibukitikannya dengan bekas luka sudutan rokok, dan beberapa luka kecil di bagian tangan dan kaki perempuan ini.

"Kalau tidak demi anak saya, sudah kabur dari dulu bang, tapi gimana lagi, saya butuh uang," jelasnya.

Selama ini, pendapatanya di Dinasty Pub memang cukup lumayan. Apalagi tamu yang ada di Pub yang menyediakan hiburan karaoke ini memang didominasi warga Singapura dan Malaysia. Namun penghasilan itu sepertinya tidak bisa dirasakanya, setalah dipotong pihak managemen Pub, jumlah yang diterima hanya cukup untuk dikirim ke Jakarta untuk biaya sekolah dua anaknya yang kini duduk di bangku Sekolah Dasar. Harapanya kini tertumpu pada hasil tip yang diberikan tamu.

"Kadang selain bayar bokingan, kalau orang Singapura sering memberikan uang tip," jelasnya.

Untuk sekali boking, Dika mengaku menerima bayaran hanya setengah, sisanya dibagi dengan managemen Dinasty Pub. Semua ditentukan managemen, termasuk tarif dari tamunya.

"Saya terima separo, kalau dibawa keluar Rp 500 ribu, saya dapat Rp 200 ribu, untuk supir dan penjaga yang mengawasi saya Rp 100 ribu, sisanya Rp 200 ribu diambil Mami (Germo.red) katanya untuk managemen," ujar Dika.

Meski demikian, masih ada biaya lain yang harus ditanggung Dika. Diantaranya biaya makan dan minum selama tinggal di mes Dinasty, juga make up. Biasanya semua diakumulasi di akhir bulan.

"Kami terima tiap bulan, dihitung berapa kali diboking, dipotong biaya-biaya lain yang jadi tanggungan saya," tegas Dika.

Saat ini, di Dinasty Pub ada sekitar delapan Perempuan bernasib sama dengan Dika. Managemen Pub ini juga menerapkan sistim kontrak seperti perusahaan swasta umumnya, dengan kompensasi pemberian tiket gratis bagi mereka yang menjalani kontraknya secara penuh.

"Kami di kontrak 6 (enam) bulan disini, kalau kontrak habis, katanya diberikan tiket gratis. Saya nunggu aja bang, mau pulang gak ada uang, saya mau kerja baik-baik aja, mau hidup sederhana dengan anak saya," punkas Dika, seolah menyesali apa yang dilakukanya di Pub tersebut.