Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Skandal UN di Bintan

Siswa Duduk Manis dan Tinggal Menyontreng
Oleh : Charles/TN
Rabu | 27-04-2011 | 10:26 WIB

Bintan, batamtoday - Ujian Nasional (UN) tingkat SMP/MTs di Kabupaten Bintan dicemari tindakan 'tidak patut' dari sejumlah Kepala Sekolah dan para guru, khususnya di wilayah Bintan Timur dan Kecamatan Gunung Kijang, dengan membantu siswa menjawab lembar soal bidang studi matematika yang diujikan kemarin, Selasa. 26 April 2011.

Sebelum UN dilaksanakan, para kepala sekolah di wilayah tersebut bertemu dan membicarakan masalah UN, dan mereka sepakat untuk membantu para siswa mereka secara total untuk menjawab lembar soal, tidak hanya terbatas mata ujian matematika tetapi juga untuk bidang studi lainya.


Pertimbangan para kepala sekolah dan para guru adalah, tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, terutama pada bidang studi matematika, dan juga demi menjaga nama baik sekolah. Disamping itu, ada juga pertimbangan untuk mendapatkan penghargaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, bila sekolah mencapai tingkat kelulusan 100 persen.


Sumber batamtoday menyebutkan, para siswa tinggal duduk manis, dan mendengarkan jawaban soal dari guru dan pengawas, dan para siswa tinggal menyontreng saja.

"Siswa tinggal duduk manis, tidak perlu berpikir, tinggal menyontreng saja," kata sumber yang minta tidak disebut namanya.

Dikatakan sumber, pada UN kali ini, setiap bidang studi mempunyai 5 variasi soal, dan 1 variasi soal sebagai cadangan. Kementerian Pendidikan Nasional membuat variasi soal ini, sebenarnya, untuk mencegah tindakan curang, baik dari para siswa ataupun pihak sekolah.

"Namun tetap saja, meski sudah ada 5 variasi soal, tindakan tidak fair tetap saja dapat terjadi," kata sumber.

Sumber melanjutkan, meski ada 5 variasi soal, sebenarnya isi soal sama saja, hanya berbeda dalam penomoran soal, contoh, di lembar soal variasi A bisa saja soal tertentu ditempatkan pada nomor 3, tetapi di lembar variasi B, soal tersebut di nomor 5, di lembar soal C di nomor 7 dan seterusnya, jelas korban.

Jadi, seperti diberitakan batamtoday kemarin, saat soal sudah diambil Panitia Unit Pelaksana (UPT) cabang dan panitia UN di masing-masing sekolah dari Mapolsek, pihak sekolah segera men-scan lembar soal (matematika) dan cukup satu variasi soal saja.

Sesudah itu hasil scan diberikan kepada guru bidang studi matematika, yang telah standby di rumah sang kepala sekolah. Sementara guru matematika sedang berpikir keras menjawab soal, para guru dan pengawas ujian di setiap kelas meminta para murid untuk duduk manis, dan jangan dulu menjawab lembar soal, karena soal sedang dikerjakan "Phytagoras".

Setelah soal terjawab, diserahkan kepada kepala sekolah, dan selanjutnya sang kepala sekolah mendistribusikan jawaban kepada guru dan pengawas via sms.

"Sesudah itu guru dan pengawas ujian tinggal membacakan A,B,C, dan siswa tinggal mencontreng," kata sumber.