Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Disebut Sekap dan Culik Ahmad Nasir

Propam Polda Kepri Selidiki Keterlibatan Oknum Polisi
Oleh : Ali
Jum'at | 20-09-2013 | 11:50 WIB
ilustrasi-penculikan.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Bidang Propam Polda Kepri langsung melakukan penyelidikan intenal, terkait kasus tindak pidana yang diduga telah dilakukan tiga 3 orang oknum polisi, seperti yang disebut-sebut Ahmad Nasir Harahap (19) dalam beberapa hari terakhir ini.

"Sejak pagi kemarin kita sudah mulai lidik dan sejauh ini belum dapat kita simpulkan pelanggaran anggota seperti yang disampaikan (Nasir) di media," terang Kabid Propam Polda Kepri, AKBP Hendro, kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (19/9/2013).

Tiga oknum polisi yang disebut-sebut Nasir dan keluarganya telah melakukan penculikan, penganiayaan, ancaman hingga perbuatan penyekapan di Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Batam, depan Komplek Plamo Garden, Batam Centre kepada dirinya sejak Senin (17/9) sekitar pukul 21.00 WIB malam adalah As, Mr X, dan satu orang lagi Aw yang mengaku sebagai Kapolsek di Anambas.

Selain mencari kebenaran terjadinya peristiwa itu, Polda Kepri juga melakukan penyelusuran kepada Aw, yang disebut Nasir, Aw mengaku kepada dirinya adalah di Kapolsek Anambas.

"Kita masih cek kebenarannya," kata  Kabid Humas Polda Kepri AKBP Hartono melalui SMS-nya, ketika disinggung apakah benar Aw adalah seorang Kapolsek di Anambas.

Penelusuran terkait tiga anggota polisi yang dilakukan Bid Propam Polda Kepri saat ini dibenarkan oleh Abdullah, ayah dari Nasir. Menurutnya, atas peristiwa yang menimpa anaknya pada Minggu (17/09/2013) sekitar pukul 21.00 WIB, bahwa dia dan anaknya dipanggil ke Polsek Nongsa untuk memberikan keterangan kepada anggota Polda Kepri di Polsek Nongsa.

"Nasir diminta untuk menceritakan kembali kejadian itu dari awal. Petugas Propam juga merekam pernyataan Nasir selama dua jam diperiksa," ujarnya.

Seperti yang diberitakan, Nasir kembali menceritakan kepada anggota Bid Propam Polda Kepri selama dua jam bahwa ia dijemput paksa dari tempatnya bekerja di Happy Net, Ruko Perumahan Jasinta pada Senin (17/9/2013) sekitar pukul 21.00 WIB oleh tiga anggota polisi.

''Saya langsung ditarik ke mobil yang sudah parkir di depan hingga saya tidak sempat pakai sandal. Tiga lelaki itu mengaku sebagai polisi, satu diantaranya mengaku sebagai kapolsek di daerah Anambas,'' sambungnya.

Setelah berada di dalam mobil, Nasir mengaku dipukuli oleh tiga pria tersebut di beberapa TKP. Diantaramya di dalam mobil Grean, TPA di Telaga Punggur dan di lingkungan Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Batam.

"Saya dipukuli sampai nangis. Dan saat saya sujud minta maaf, leher saya ditendang berkali-kali. Polisi itu seakan tidak punya rasa kemanuasian lagi,'' terangnya.

Ahmad Nasir makin ketakutan karena salah satu dari pelaku mengatakan akan menggoroknya, ceritanya, setelah dibunuh lalu mayatnya akan dipotong-potong lalu dibuang ke laut.

"Polisi itu minta nama dua orang yang mengantar saya dan Zr ke sekekolah. Semua diketahui polisi karena Zr sudah duluan tertangkap dari pada saya. Tapi pada saat itu, saya mengakui apa yang telah saya lakukan bersama Zr," ujarnya.

Lantas, Ahmad Nasir dibawa lagi dengan mobil Grand Max tersebut. kembali ketempatnya untuk menutup warnet. Selanjutnya,  Nasir dibawa ke sekolah SMK SPAN Batam. Di sekolah itu, nasir  berjumpa dengan Zr yang sudah lebih dulu berada disekolah bersama pihak sekolah yang sudah menunggu kedatangannya bersama tiga polisi itu.

Disana ia kembali disiksa. Satu dari tiga pria yang membawanya,  memegang tangannya dari belakang, sedangkan yang lainnya memukul hingga babak belur dan sulit  bernafas.

''Ketika saya disiksa di sekolah itu,  ada juga guru perempuan di sekolah itu yang melihat kami karena mess guru ada di lingkungan sekolah,'' jelas Nasir.

Setelah disiksa hingga larut malam, Ze dan Ahmad Nasir disekap di dalam gudang sekolah yang berada di belakang gedung sekolah. Pada pagi harinya, kedua dibangunkan oleh satu orang anggota yang memukulnya pada malam itu untuk diantar ke warnet.

"Malam itu memang saya nyembah-nyembah sama polisi itu, kalau saya harus mengantar konci warnet paginya, karena kawan saya yang shift pagi tidak memegang kunci ruko. Makanya pagi itu saya diantar," terangnya.

Karena temannya jaga pagi hari belum datang, Nasir mendatangi rumah makan yang ada di samping warnet.

''Pekerja rumah makan yang curiga melihat Ahmad Nasir langsung memperhatikan jenis kendaraan yang membawa Ahmad Nasir dan mencatat nomor polisi kendaran tersebut,'' kata Abdullah, orang tua Ahmad Nasir. Lantas, Ahmad Nasir dibawa lagi ke sekolah SPAN.

Setelah kembli ke sekolah, keduanya dimasukkan lagi ke gudang. Dan pada sekitar pukul 09.00 pagi, keduanya dikeluarkan kembali karena orang tua Zr datang dengan menyerahkan uang sebesar Rp25 juta kepada pihak sekolah.

Editor: Dodo