Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Science Film Festival ke-15 Soroti Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular
Oleh : Redaksi
Rabu | 16-10-2024 | 14:44 WIB
SFF-15.jpg Honda-Batam
Peluncuran Science Film Festival edisi ke-15 diinisiasi oleh Goethe-Institut dan didukung oleh Kemendikbudristek, Kedutaan Besar Jerman, serta berbagai universitas di Indonesia, Selasa (15/10/2024). (Kemendikbudristek)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Science Film Festival kembali hadir di Indonesia untuk edisi ke-15, berlangsung dari 15 Oktober hingga 30 November 2024.

Festival ini akan menjangkau siswa-siswi SD hingga SMA di 100 kabupaten/kota secara hibrida, dengan fokus pada tema Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular.

Acara ini diinisiasi oleh Goethe-Institut dan didukung oleh Kemendikbudristek, Kedutaan Besar Jerman, serta berbagai universitas di Indonesia.

Fokus pada Keberlanjutan dan Budaya

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menekankan pentingnya tema tahun ini yang menggabungkan aspek ilmiah, ekonomi, dan budaya dalam menghadapi perubahan iklim. "Praktik berkelanjutan bukan hanya tantangan ilmiah, tetapi juga budaya. Festival ini mendorong perubahan budaya menuju keberlanjutan melalui prinsip emisi nol bersih dan ekonomi sirkular," ujar Hilmar, demikian dikutip laman Kemendikbudristek, Selasa (15/10/2024).

Konsep ekonomi sirkular yang diusung menitikberatkan pada penggunaan ulang, perbaikan, dan daur ulang, yang sejalan dengan praktik budaya tradisional. Menurut Hilmar, pendekatan ini mengajak masyarakat untuk memikirkan ulang kebiasaan mereka dan beralih ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Beragam Film Internasional dan Eksperimen Sains

Tahun ini, Science Film Festival memutar 15 film dari delapan negara, termasuk Jerman, Australia, Italia, dan Brazil, yang akan diputar di sekolah, universitas, serta secara daring. Film-film ini dilengkapi dengan eksperimen sains yang menarik, memungkinkan siswa untuk terlibat langsung setelah pemutaran.

Di hari pembukaan, lebih dari 250 siswa menyaksikan tiga film, termasuk Nine-and-a-half: Hydrogen - The Green Energy of the Future? dari Jerman, yang mengulas penggunaan hidrogen sebagai energi masa depan, serta Raffi dari Chile, yang bercerita tentang keberlanjutan di pertanian. Setelah itu, siswa berpartisipasi dalam eksperimen bertema Sentripetal dalam Gelas yang mengajarkan tentang gaya sentripetal.

Kerja Sama Internasional untuk Masa Depan Berkelanjutan

Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel, menyatakan bahwa tema emisi nol bersih dan ekonomi sirkular sangat relevan dalam menghadapi krisis iklim saat ini. "Baik Jerman maupun Indonesia menjadi pemimpin dalam menurunkan jejak karbon dan mendorong praktik berkelanjutan melalui inovasi ilmiah," kata Lepel.

Science Film Festival yang pertama kali diperkenalkan di Thailand pada 2005 ini, kini telah berkembang menjadi festival komunikasi sains terbesar di dunia, dengan lebih dari 860.000 penonton pada edisi 2023, termasuk 122.066 di Indonesia. Tahun ini, festival ini diselenggarakan di 23 negara dari 1 Oktober hingga 20 Desember.

Editor: Gokli