Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Triwulan IV 2020, Utang LN Tumbuh 3,5 Persen Jadi Rp 5.822 T
Oleh : Redaksi
Senin | 15-02-2021 | 11:32 WIB
HLN12.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Bank Indonesia mencatat utang luar negeri pada akhir triwulan IV 2020 tercatat sebesar US$ 417,5 miliar atau Rp 5.822 triliun (dengan kurs Rp 13.946 per dolar AS). Jumlah tersebut tumbuh sebesar 3,5 persen (yoy), namun menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,9 persen (yoy).

"Perlambatan ULN tersebut terutama disebabkan perlambatan pertumbuhan ULN swasta," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia
Erwin Haryono, Senin (15/2/2021).

Utang tersebut terdiri dari utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 209,2 miliar dan utang luar negeri sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 208,3 miliar.

Pada triwulan IV 2020, utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar US$ 206,4 miliar atau tumbuh 3,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2020 sebesar 1,6 persen (yoy). Perkembangan ini didukung oleh terjaganya kepercayaan investor sehingga mendorong masuknya aliran modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN), di samping adanya penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Menurutnya, utang luar negeri pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas, yang di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,9 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,7 persen), sektor jasa pendidikan (16,7 persen), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,9 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,1 persen).

Sedangkan pertumbuhan utang luar negeri swasta pada akhir triwulan IV 2020 tercatat 3,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,2 persen (yoy). Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan utang luar negeri lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam.

Pada akhir triwulan IV 2020, utang luar negeri PBLK tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,4 persen (yoy).

Selain itu, kontraksi utang luar negeri lembaga keuangan tercatat sebesar 4,7 persen (yoy), lebih besar dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat 0,9 persen (yoy). Berdasarkan sektornya, utang luar negeri terbesar dengan pangsa mencapai 77,1 persen dari total utang luar negeri swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.

"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ujarnya.

Struktur utang luar negeri yang sehat, kata dia, tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV 2020 yang tetap terjaga di kisaran 39,4 persen, meskipun meningkat dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 38,1 persen.

Dia mengatakan struktur utang luar negeri Indonesia yang tetap sehat juga tercermin dari besarnya pangsa utang luar negeri berjangka panjang yang mencapai 89,1 persen dari total utang luar negeri.

"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," kata dia.

Peran utang luar negeri, kata dia, juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha