Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Neraca Dagang RI Surplus US$ 2,33 Miliar pada Agustus 2020
Oleh : Redaksi
Selasa | 15-09-2020 | 12:36 WIB
perdagangan151.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,33 miliar secara bulanan pada Agustus 2020. Realisasi tersebut lebih rendah dari surplus US$3,26 miliar pada Juli 2020, namun lebih tinggi dari surplus US$85,1 juta pada Agustus 2019.

Secara total, neraca perdagangan surplus US$11,05 miliar pada Januari-Agustus 2020. Realisasi ini lebih baik dari defisit US$1,81 miliar pada Januari-Agustus 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$13,07 miliar atau turun 4,62 persen dari Juli 2020. Sementara, nilai impor mencapai US$10,74 miliar atau naik 2,65 persen dari bulan sebelumnya.

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$13,07 juta miliar atau turun 9,94 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar US$12,46 miliar atau turun 4,35 persen.

Secara tahunan, nilai ekspor migas turun 27,45 persen dan nonmigas turun 7,16 persen. "Jadi setelah dua kali ekspor naik di Juni-Juli, pada Agustus ini turun 4,5 persen," kata Suhariyanto, Selasa (15/9/2020).

Nilai ekspor migas dipengaruhi kenaikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) naik 2,43 persen dari US$40,64 per barel menjadi US$41,63 per barel. Begitu juga harga beberapa komoditas ekspor nonmigas.

"Ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga seperti minyak sawit, karet, coklat, perak, seng, emas, dan minyak kernel. Sedangkan harga batu bara turun sekitar 2,37 persen," tuturnya.

Penurunan ekspor nonmigas disumbang oleh ekspor industri pertanian turun 2,37 persen menjadi US$340 juta, industri pengolahan turun 4,91 persen menjadi US$10,73 miliar, dan industri pertambangan 0,28 persen menjadi US$1,39 miliar.

"Penurunan ekspor industri pengolahan antara lain logam dasar, logam mulia, minyak kelapa sawit, sepatu olahraga, dan bahan kimia," ucapnya.

Secara total, kinerja ekspor non migas masih menopang sekitar 95,32 persen dari total ekspor Indonesia pada bulan lalu.

Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di bijih kerak dan abu logam ke China, Jepang, dan Jerman. Lalu, yang juga meningkat adalah besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, timah dan barang timah, serta garam, belerang, batu, dan semen.

Sementara, komoditas yang turun nilai ekspornya ialah logam mulia, perhiasan, dan permata ke Swiss, Singapura, dan Jepang. Kemudia, yang utrun juga adalah ekspor lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, alas kaki, serta besi dan baja.

Berdasarkan negara tujuan ekspor, peningkatan nilai ekspor nonmigas terjadi ke Inggris US$43,7 juta, Vietnam US$40,2 juta, Taiwan US$28 juta, Italia US$17,7 juta, dan Thailand US$17,4 juta. Sementara nilai ekspor turun dari Swiss US$156,7 juta, Malaysia US$75,2 juta, Jepang US$71,4 juta, China US$61,7 juta, dan India US$56,7 juta.

Secara kumulatif, ekspor Januari-Agustus 2020 sebesar US$103,16 miliar. Kinerja ini turun 6,51 persen dari US$110,35 miliar pada Januari-Agutus 2019.

Dari sisi impor, impor migas sebesar US$10,74 juta miliar atau turun 0,88 persen dari bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$9,79 miliar atau naik 3,01 persen. Secara tahunan, impor migas turun 41,75 persen dan nonmigas turun 21,91 persen.

Peningkatan impor nonmigas berasal dari barang konsumsi mencapai 7,31 persen menjadi US$1,19 miliar. "Barang yang naik adalah anggur dari China, green powder dari Selandia Baru, raw sugar dari India," jelasnya.

Kemudian, impor barang baku/penolong baku naik 5 persen menjadi US$7,75 miliar. Peningkatan terjadi di komoditas emas dari Hong Kong, soyaben dari Brasil, besi baja dari Ukraina, dan lainnya.

Sedangkan, impor barang modal turun 8,81 persen menjadi US$1,79 miliar. Peningkatan dari impor utamanya merupakan produk-produk dari Vietnam.

Berdasarkan kode HS, peningkatan impor dari komoditas besi dan baja, logam mulia dan perhiasan, ampas atau sisa industri, serelia, dan plastik. Sedangkan, komoditas yang turun impornya adalah sayuran, mesin dan peralatan mekanis, barang dari besi dan baja, gula dan kembang gula, serta kapal.

Berdasarkan negara asal impor, peningkatan impor terjadi dari China US$138,7 miliar, Hong Kong US$69,6 juta, Ukraina US$66,6 juta, Kanada USS58,2 juta, dan Prancis US$43 juta. Penurunan impor nonmigas terjadi dari Korea Selatan US$131,8 juta, Jepang US$99,4 juta, Singapura US$91,5 juta, Australia US$17,3 juta, dan Polandia US$16,6 juta.

Secara kumulatif, kinerja impor Januari-Agustus 2020 sebesar US$92,11 miliar atau terkoreksi 18,06 persen dari US$112,41 miliar pada Januari-Agustus 2019. Khusus impor nonmigas, turun 15,76 persen.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha