Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Resesi Bisa Berdampak Penurunan Daya Beli Kaum Milenial
Oleh : Redaksi
Rabu | 09-09-2020 | 09:40 WIB
ilustrasi-milenial1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indonesia hampir dipastikan tidak bisa lepas dari resesi ekonomi karena virus corona. Sejumlah pihak termasuk pemerintah sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air akan kembali minus pada kuartal III 2020 usai sebelumnya kontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020.

Resesi ekonomi akan berdampak pada seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pekerja milenial yang bergaji di bawah Rp 10 juta.

Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho memprediksi dampak paling nyata bagi kaum milenial tersebut adalah penurunan daya beli. Terlebih, jika resesi ekonomi tersebut membuat pemberi kerja melakukan pemotongan gaji atau pemutusan hubungan kerja (PHK).

Di sisi lain, kaum milenial diprediksi lebih berhemat dalam mengelola keuangannya. Pasalnya, pandemi covid-19 membuat kebutuhan tambahan guna mendukung aktivitas mereka seperti study from home (SFH) dan work from home (WFH)

"Seandainya hal tersebut tidak terjadi, para karyawan juga akan cenderung lebih berhati-hati dan berhemat, karena ada sekian banyak kebutuhan tambahan yang harus dipenuhi dalam masa pandemi seperti kuota internet untuk SFH dan WFH," ungkap Andy, Senin (7/9/2020).

Selain kuota internet, kata dia, makanan sehat dan suplemen kesehatan juga menjadi kebutuhan tambahan yang diperlukan di masa pandemi covid-19.

Akibat peningkatan kebutuhan tersebut, Andy memperkirakan sejumlah pekerja milenial berpotensi mengalami gagal bayar cicilan. Misalnya gagal bayar kartu kredit, kredit kendaraan bermotor, hingga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Oleh karena itu, ia menegaskan para pekerja milenial perlu melakukan pengaturan pengeluaran yang tepat mengantisipasi resesi ekonomi. Ia menuturkan kaum milenial harus prioritas kebutuhan yang sifatnya penting seperti makanan, suplemen kesehatan, serta kuota internet untuk WFH.

Prioritas selanjutnya yakni belanja dan pembayaran yang sifatnya wajib, seperti cicilan. Selain itu, ia berpesan agar para pekerja milenial tak lupa tetap menyisihkan pendapatannya untuk dana darurat.

"Efeknya bisa jadi karena gagal bayar maka barang yang dicicil akan disita," ucapnya.

Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan pekerja milenial merupakan pihak yang rentan terkena PHK saat resesi ekonomi terjadi. Bukan hanya kaum milenial, PHK ini juga menghantui para pekerja di sektor swasta secara umum.

"Ketika resesi terjadi maka sebenarnya prospek ekonomi berada dalam kondisi yang tidak terlalu baik, dampaknya seperti yang sudah terjadi seperti misalnya terjadinya PHK dan potensi bertambahnya jumlah penduduk miskin," tuturnya.

Menurutnya, PHK pada kaum milenial secara tidak langsung akan mempengaruhi portofolio investasi di Indonesia. Maklum saja, lantaran pekerja milenial dengan gaji kisaran Rp5 juta hingga Rp10 juta merupakan kelompok melek investasi.

Dampaknya, lanjut Yusuf, juga tak bisa dianggap main-main lantaran porsi kepemilikan milenial terhadap portofolio investasi cukup dominan.

Yusuf mencontohkan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) 60 persen kepemilikan di pasar saham berasal dari kelompok milenial. Sementara itu, kepemilikan milenial di pasar SBN ritel mencapai 50 persen dari total portofolio.

"Kondisi ini sebenarnya selaras dengan proporsi penduduk milenial yang bekerja di Indonesia saat ini berjumlah Rp 48 juta, terbesar kedua setelah penduduk generasi X," ungkapnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha