Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nelayan Pulau Akar Curhat ke Tim OK OCE Maritim, Sulit Jual Hasil Tangkapan
Oleh : Redaksi
Rabu | 19-08-2020 | 18:20 WIB
hanya-OK.jpg Honda-Batam
Nelayan Pulau Akar, Kelurahan Setokok, Kota Batam saat curhat ke Tim OK OCE Maritim, Rabu (19/8/2020). (Foto: Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Dampak Covid-19 tidak hanya dialami masyarakat mainland, tetapi juga dirasakan mereka yang tinggal di hinterland, yang nota beda berkerja sebagai nelayan.

Contohnya di Pulau Akar, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam, para nelayan deketahui sulit untuk menjual hasil tangkapnya ke konsumen dalam masa virus corona.

Hal itu disebabkan banyaknya restoran di sekitar Jembatan I dan II Barelang yang tutup atau tidak berminat dalam membeli hasil tangkap para nelayan. "Sebelum Covid-19 biasanya kita menjual hasil tangkapan ikan ke restoran, hotel sekitar Pulau Akar (sekitar Jembatan Barelang) atau mengekspor ikan ke Singapura. Tetapi, di masa pendemi ini mereka menolak," ujar Zaini, seorang nelayan saat menceritakan keluhannya ke Tim OK OCE Maritim dalam kunjungannya ke Batam, Rabu (19/08/2020).

Zaini mengaku tidak hanya peminat yang berkurang, harga jual ikan juga mengalami penurunan yang sangat dratis. Sebut saja ikan kerapu, sebelum pendemi Covid-19, ikan yang dijuluki 'groupers' per kilogramnya bisa mencapai Rp 120-140 ribu.

Namun, di masa pendemi ini, harga jual ikan yang digemari warga Hong Kong, Taiwan khususnya Singapura, ini hanya dihargai Rp 70 ribu per kilogramnya. "Selain peminatnya berkurang dan hampir 50 persen penurunan harga, kita juga susah untuk pasarkan, karena sampai saat ini tidak ada penampung hasil tangkap nelayan disini," kata nelayan lainnya, Pak Kamis, di hadapkan Wakil Ketua Umum OK OCE Maritim, Rony Nainggolan.

Harga yang menurun membuat hasil tangkapan para nelayan terpaksa harus dibudidaya atau disimpan di keramba, sambil menunggu harga kembali normal.

Lanjut Zaini, dalam membudidayakan ikan kerapu para nelayan harus mengeluarkan makanan ikan kerapu 20 sampai 40 Kg dalam satu hari.

"Kita kasih makan ikan hasil tangkapan juga mamahnya ikan tamban. Ikan tamban ini sudah tidak laku lagi di Batam, jadi kita jadikan makanan ikan kerapu," ujarnya.

Lain halnya dengan Pak Kamis, dia mengaku sebelum pendemi Covd-19 bisa menjual 50 kilogram berbagai ikan ke customer dalam kurun satu minggu. Namun dalam kondisi ini dirinya tampak sulit menjual 1 kilogram hasil tangkapannya.

"Ya, untuk bertahan hidup mau tidak mau kita jual merugi," tegasnya.

Awang Rajap, Ketua RW03, Kelurahan Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang meminta, Pemerintah Daerah hingga pusat bisa mencari solusi bagi keluhan para nelayan.

Ia mengaku di Pulau Akar terdapat 150 kartu keluarga (KK) dan keseluruhannya merupakan para nelayan. "Terima kasih tim OK OCE Maritim yang sudah berkunjung ke tempat kami dalam menerima keluhan para nelayan. Kami berharap OK OCE Maritim dapat menindak lanjuti keluhan para nelayan," ucap Awang Ajap.

Wakil Ketua Umum OK OCE Maritim, Rony Nanggolan mengatakan, akan membawa kelurahan para nelayan ke OK OCE Maritim pusat untuk dikaji dan dibahas lebih lanjut. Di samping itu, pihaknya juga akan berkordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Kementarian Kalautan dan Perikanan.

"Ini menjadi PR kita bersama. Dalam kegiatan ini kita menampung aspirasi para nelayan. Mari sama-sama kita mensejahterahkan rakyat (para nelayan) dalam melakukan sesuatu gerakan positif baik melalui Pemerintah Daerah maupun Pusat," tegas Rony.

Editor: Gokli