Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menakar Peta Kekuatan Tiga Pasang Bacalon Gubernur-Wakil Gubernur Kepri
Oleh : Opini
Senin | 20-07-2020 | 15:53 WIB
jayadi-noer-2.jpg Honda-Batam
Pengamat politik Teuku Jayadi Noer. (Foto: Ist)

Oleh Teuku Jayadi Noer

TIGA PASANG bakal calon (Bacalon) Gubernur-Wakil Gebernur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) bakal bertarung pada 9 Desember 2020. Mereka itu adalah, pasangan Soerya Respationo-Iman Setiawan, Ansar Ahmas-Marlin Agustina dan Isdianto-Suryani.

Ketiga pasangan tersebut sudah hampir pasti mengantongi tiket untuk maju dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) Kepri 9 Desember 2020 mendatang. Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No.5/2020, mereka akan mulai mendaftar pada tanggal 4-6 September 2020 mendatang.

Tidak ada pasangan calon yang akan maju melalui jalur independen. Tapi, masih ada kemungkinan akan muncul pasangan calon keempat. Mengingat ada partai politik yang belum memutuskan pilihan dukungan.

Pasangan Gubernur-Wakil Gebernur Provinsi Kepri Soerya Respationo-Iman Setiawan diusung oleh PDIP, Partai Gerindra dan PKB dengan jumlah akumulasi kursi di DPRD Provinsi Kepri sebanyak 15 kursi. Angka ini telah memenuhi syarat untuk mendapat satu tiket.

Kemudian, pasangan Gubernur-Wakil Gebernur Provinsi Kepri Ansar Ahmad dan Marlin Agustina yang diusung oleh Partai Golkar dan Partai Nasdem. Bahkan, pasangan ini telah menerima SK Rekomendasi dari DPP Partai Golkar yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto pada hari Ahad, 12 Juli 2020 lalu di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat.

Akumulasi jumlah kursi dari Partai Golkar dan Partai Nasdem di DPRD Provinsi Kepri saat ini sebanyak 14 kursi. Dengan angka itu sudah cukup modal untuk mendafar ke KPU pada tanggal 4-6 September 2020 mendatang.

Terakhir, pasangan Gubernur-Wakil Gebernur Provinsi Kepri Isdianto-Suryani yang diusung oleh PKS (Partai Keadilan Sejatera) dan Partai Hanura. Dukungan dari kedua partai itu, telah diterima secara langsung di kantor DPP masing-masing partai pada hari Kamis 16 Juli 2020.

Dengan jumlah 6 kursi PKS di DPRD Provinsi Kepri ditambah dengan 3 kursi Partai Hanura, maka cukuplah satu tiket untuk pasangan Isdianto yang saat ini menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Provinsi Kepri. Inilah pasangan petahana yang juga berpeluang untuk mendapat tambahan dukungan dari patai politik lain.

Setelah muncul tiga pasang tersebut, masih tersisa tiga partai politik lain yang belum menutuskan arah dukungannya. Yaitu, PPP, PAN dan Partai Demokrat. Meski demikian, diprediksi, PPP bakal berlabuh ke pasangan Ansar-Marlin, PAN ke pasangan Soerya-Iman dan Partai Demokrat merapat ke pasangan Isdianto-Suryani.

Tapi, sekali lagi, itu semua tergantung keputusan DPP masing-masing partai. Karena kalau pun ketiga partai politik ini bersekutu pun, tidak cukup untuk mendapatkan tiket mengusung pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Kepri. Praktis, ketiga partai sisa ini hanya efektif menjadi pendulum yang menjadi daya dorong pasangan yang didukungnya.

Dengan kemunculan tiga pasangan calon tersebut, maka pupuslah ambisi politik pihak yang menghendaki pertarungan head to head alias dua pasang dalam Pilgub Provinsi Kepri 9 Desember 2020 mendatang.

Meski ketiga pasangan tersebut sudah mengantongi tiket politik, namun faktanya masih ada yang belum menuangkan keseriusan dukungan itu di atas kertas SK Rekomendasi. Yaitu, Soerya Respationo yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPW PDIP Provinsi Kepri, namanya belum diumumkan sebagai kandidat Gubernur yang ikut dalam kontestasi Pilkada 2020 mendatang.

Jadi, segala kemungkinan masih bisa saja terjadi menjelang batas akhir pendaftaran pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Kepri pada 6 September 2020 mendatang.

Terlepas dari surat resmi dukungan itu, kekuatan ketiga pasangan calon tersebut menarik untuk dianalisa. Karena ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangan secara politik yang pada akhirnya bertumpu pada kekuatan strategi pemenangan, soliditas tim sukses dan kekuatan logistik. Siapa yang unggul di tiga faktor tersebut, dialah yang akan duduk di kursi Gubernur-Wakil Guberur Kepri periode 2021-2024.

Soal kematangan politik, siapa yang meragukan kedigdayaan Soerya Respationo dan Ansar Ahmad. Rekam jejak politik Soerya, pernah menjadi Ketua DPRD Kota Batam dan Wakil Gubernur Kepri. Sedangkan Ansar Ahmad pernah menjadi Bupati Bintan dan saat ini duduk sebagai anggota DPR RI dari Provinsi Kepri.

Dan, keduanya pernah berpasangan sebagai calon Gubernur-Wakil Gubernur Kepri pada Pilkada 2015 lalu. Keakraban keduanya itu masih terbangun hingga tulisan opini diunggah. Persabahatan Soerya-Ansar tidak retak karena rentak dinamika politik. Bukti keduanya adalah politisi senior yang kenyang asam garam politik.

Sementara itu, Isdianto, meski berlatar belakang birokrat tulen, tapi saat ini sudah mengantongi kartu anggota partai berlambang banteng moncong putih, PDIP. Itu berarti, Isdianto sudah belajar menyelami lika liku dunia politik, khusunya politik lokal Provinsi Kepri.

Soal kematangan politik? Wallahua'lam. Apalagi, kalau mau dibandingkan head to head dengan Soerya atau Ansar. Tapi, dari ketiganya itu, faktualnya adalah, Isdianto lah sang petahana. Pemegang 'tongkat komando' pemerintahan Provinsi Kepri hari ini. Sudah barang tentu, ini adalah kekuatan Isdianto yang tidak bijak jika dipandang remeh. Ingat, tidak jarang kekalahan 'tim besar' hanya karena tergelincir akibat kerikil kecil.

Lalu, mengenai kekuatan wakil dari masing-masing pasangan bagaimana? Ya, menganalisis faktor kekuatan wakil tidak dapat dipisahkan dari faktor kekuatan figur, kekuatan politik dan logistik.

Dari tiga calon Wakil Gubernur Kepri, yaitu Iman Setiawan, Marlin Agustina dan Suryani, hanya Marlin yang bukan berlatar belakang petinggi partai politik.

Sementara itu, Iman Setiawan saat ini adalah Ketua Partai Gerindra Provinsi Kepri dan anggota DPRD Kota Batam. Sedangkan Suryani juga petinggi PKS Provinsi Kepri dan juga seorang legislatif yang matang dengan pengalaman dunia politik.

Tapi, faktor suami Marlin Agustin, yaitu H. Muhammad Rudi, Walikota Batam merangkap Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, adalah point positif yang cukup significan. Apakah fakto point positif ini dapat dikapitalisasi menjadi pendulang suara dukungan publik? Entahlah!

Mari kita lihat manuver politik ketiga pasangan itu di hari-hari mendatang. Semoga manuver politik yang akan mereka mainkan adalah manuver cantik yang dapat menjadi pembelajaran politik bagi masyarakat Kepri.***

Penulis adalah Director Research Institute Community Development Kepri