Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Air Asia, Maskapai Favorit Penyelundup Narkoba
Oleh : Hendra Zaimi/Dodo
Kamis | 12-04-2012 | 13:41 WIB

BATAM, batamtoday - Selain menggunakan jalur laut, arus lalu lintas narkotika melalui jalur udara juga sering dimanfaatkan sindikat narkoba internasional untuk memasukan narkoba ke Indonesia, dan maskapai Air Asia menjadi favorit para penyelundup narkoba.

Berdasarkan data yang dihimpun, telah terjadi sebanyak 23 pengiriman narkoba melalui jalur udara dari Malaysia ke Indonesia sepanjang tahun 2011 lalu, dan 80 persennya melalui maskapai penerbangan Air Asia. 

"Selain jalur laut, sindikat juga menggunakan jalur udara untuk memasukan narkoba ke wilayah Indonesia," ujar Kasubdit II Narkoba Mabes Polri, Kombes Pol Siswandi kepada batamtoday, Kamis (12/4/2012) usai rapat koordinasi tentang narkoba antara Polri dan PDRM di Hotel Novotel, Jodoh. 

Siswandi menambahkan, tingkat pengawasan yang kurang dari maskapai penerbangan Air Asia ini benar-benar dimanfaatkan sindikat narkoba internasional untuk memasukan berbagai jenis barang haram ini ke wilayah Indonesia. 

"21 satu kasus penyeludupan narkoba dari Maskapai Air Asia yang kita ungkap di tahun 2011 lalu, sedangkan dua kasusnya melalui Maskapai Malaysia Airlines," terangnya. 

Untuk memasukan narkoba ke Indonesia, lanjut Siswandi, sindikat ini lebih banyak menggunakan kurir-kurir yang merupakan WNI karena sebagian besar mereka sangat mudah untuk dibujuk untuk menjadi kurir dan cukup memberikan bayaran yang murah. 

"Kurir-kurir hampir 80 persen WNI, sedangkan WN Malaysia, Afrika dan Iran adalah pengendali dan pemilik barang haram tersebut," lanjutnya. 

Malaysia sendiri adalah merupakan negara transit masuknya narkoba dari negara-negara penghasil narkoba seperti Iran, China dan Thailand sebelum memasokan ke pasar utama narkoba, yakni Indonesia. 

"Malaysia hanya sebagai negara transi saja, tapi tak bisa dipungkiri  Malaysia juga merupakan produsen narkoba di wilayah Asia Tenggara," tambah Siswandi. 

Sasaran dari sindikat narkoba internasional ini menjadikan Indonesia sebagai target pangsa pasar terbesar dikarenakan jumlah pengguna yang banyak dan tingginya harga narkoba di Indonesia menjadi salah satu faktor utamanya. 

"Jumlah pemakai dan tingginya harga narkoba di Indonesia dijadikan sindikat narkoba internasional sebagai target utama mereka. Bandingkan saja satu kilogram sabu di Indonesia mencapai angka Rp2 miliar sementara di Malaysia hanya dihargai Rp420 juta," pungkasnya.