Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi Hanya 5 Persen Akibat Perlambatan Sektor Manufaktur
Oleh : Redaksi
Rabu | 04-09-2019 | 18:17 WIB
bank-indonesia120.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Bank Indonesia.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menilai sektor manufaktur yang tumbuh lambat menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen saja.

"Tidak salah kalau ekonomi kita akan tumbuh di kisaran hanya sekitar 5 persen untuk di tahun 2019 ini. Jadi ini tantangan yang besar bagaimana kita bisa dorong sektor manufaktur terus tumbuh," kata Dody di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Dody mengungkapkan, selama triwulan II 2019, sektor manufaktur hanya tumbuh di kisaran 3,2 persen hingga 3,3 persen. Pertumbuhan itu, kata Dody, hanya separuh dari pertumbuhan normal sektor manufaktur yang biasanya di kisaran 6-7 persen.

Badan Pusat Statistik atau BPS juga mencatat realisasi pertumbuhan di kuartal II-2019 melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang tumbuh 4,36 persen. Pada periode yang sama pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05 persen, melambat dari kuartal II-2018 yang sebesar 5,27 persen year on year.

Karena hal itu, menurut Dody, perlu upaya untuk terus mendorong sektor manufaktur agar berefek pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Menurut dia, ada beberapa masalah yang harus ditangani untuk mendorong manufaktur. Pertama, kata dia, soal meningkatkan rantai nilai atau value chain dalam negeri.

Dody melihat banyak industri unggulan Indonesia yang belum saling terhubung dengan industri lainnya. "Seperti industri otomotif, yang produksinya cenderung dimanfaatkan untuk ekspor ke luar negeri, dibandingkan untuk dukung sektor industri dalam negeri," kata dia.

Dody menegaskan BI selalu berupaya memberi stimulus ekonomi melalui kebijakan moneter. Dia mengatakan sepanjang stabilitas terjaga di tengah tekanan eksternal global masih berlangsung, BI melihat ruang untuk penurunan suku bunga acuan.

"Kita telah turunkan sebanyak dua kali sebesar 50 bps menjadi 5,5 persen di dua bulan terakhir ini. Harapannya ini disambut pelaku ekonomi, disambut kegiatan ekonomi, untuk kembali tingkatkan kegiatan usahanya," kata Dody.

Dia melihat permasalahan saat ini terjadi dari sisi permintaan yang tidak muncul secara besar. "Ini harapan kami tentu dengan penurunan subung semakin memberikan amunisi untuk sektor ekonomi terus tumbuh, khususnya sektor manufaktur," ujar Dody.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha