Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bank Dunia Sebut Ekonomi RI Bisa Melambat Akibat Perang Dagang
Oleh : Redaksi
Selasa | 27-08-2019 | 19:28 WIB
bank-dunia-rodrigo1.jpg Honda-Batam
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves. (Foto: Jawa Pos)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Bank Dunia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi melambat karena terimbas perang dagang AS dan China. Pasalnya, perang dagang membuat ekonomi global dipenuhi ketidakpastian.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves bilang ketidakpastian itu membuat ekonomi dunia melambat. Pernyataan itu sejalan dengan fakta beberapa lembaga keuangan internasional telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia mulai tahun ini.

Bank Dunia diketahui memangkas proyeksinya hingga 0,3 persen dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2019.

Sedangkan, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini, yaitu dari 3,3 persen menjadi 3,2 persen. Kondisi tersebut juga berpotensi terjadi kepada Indonesia.

"Jika pertumbuhan ekonomi global melemah, Indonesia juga akan melemah karena Indonesia merupakan eksportir komoditas. Itu akan menjadi tantangan," tuturnya di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Selasa (27/8/2019).

Ia menambahkan Indonesia menghadapi tantangan lantaran ekspor utamanya adalah komoditas. Di sisi lain, harga beberapa komoditas ikut turun akibat perang dagang, misalnya minyak kelapa sawit (CPO).

"Ekonomi global tampak rumit, karena perang dagang dua negara mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia," imbuh dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku turunnya harga komoditas mempengaruhi ekspor Indonesia. Akibatnya, penerimaan perpajakan perpajakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baru mencapai Rp810,7 triliun per 31 Juli 2019. Realisasi ini baru setara 45,4 persen dari target tahun ini, yakni sebesar Rp1.786,4 triliun.

Tak hanya seret, pertumbuhan penerimaan perpajakan juga terbilang melambat, yaitu hanya tumbuh 3,9 persen. Sebab, pada periode yang sama pada tahun lalu, pertumbuhannya mencapai 14,6 persen.

"Semua sektor yang berbasis komoditas dan manufaktur yang berorientasi ekspor terkena tekanan. Ini terlihat dari kinerja ekspor yang turun," tandas Sri Mulyani Senin (26/8/2019).

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha