Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menkeu Cari Cara Atasi Defisit Transaksi Berjalan
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 09-08-2019 | 18:04 WIB
mba-sri11.jpg Honda-Batam
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan akan terus mencari cara untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang belakangan ini kian membengkak. Pasalnya, defisit transaksi berjalan cukup mengganggu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami akan terus meningkatkan upaya mengatasi isu seperti itu, yang selama ini sudah disampaikan," ungkap Sri Mulyani singkat di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Sayangnya, bendahara negara tersebut enggan memaparkan lebih rinci upaya baru yang akan diambil pemerintah untuk mengatasi masalah defisit transaksi berjalan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui defisit neraca pembayaran merupakan titik lemah perekonomian Indonesia. Sumber defisit neraca pembayaran salah satunya datang dari defisit transaksi berjalan.

"Kami semua tahu, di bidang perdagangan internasional, indikator neraca pembayaran saya kira menjadi titik lemah yang utama," ucapnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), neraca pembayaran mengalami defisit US$2 miliar pada kuartal II 2019. Sementara NPI per semester I 2019 hanya mencatatkan surplus sekitar US$400 juta.

Defisit neraca pembayaran terjadi karena defisit transaksi berjalan mencapai US$8,4 miliar atau setara 3,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2019. Sementara neraca transaksi modal dan finansial (TMF) hanya surplus US$7,1 miliar pada kuartal II 2019.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan pelebaran defisit terjadi karena dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta perekonomian global yang kurang menguntungkan. Sebab, perlambatan perekonomian global membuat harga komoditas merosot.

Sementara defisit neraca perdagangan meningkat 14,3 persen menjadi US$3,2 miliar dari US$2,8 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan kuartal I 2019, US$2,2 miliar, defisit neraca perdagangan migas juga melebar 45 persen.

"Peningkatan itu terjadi seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idul Fitri dan libur sekolah," tutur Onny.

Sedangkan neraca transaksi modal dan finansial masih meningkat karena aliran investasi langsung melesat sekitar 40 persen mencapai US$7 miliar. Kemudian, investasi portofolio mencapai US$4,5 miliar.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha