Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dua Tahun BUMD Kepri Mampu Cicil Utang Rp2 Miliar

Rencana Perampingan BUMD Kepri Sarat Politik
Oleh : Redaksi/Mg
Senin | 26-12-2011 | 13:38 WIB
Alfan-Suheiri.jpg Honda-Batam

Alfan Suheri. Foto:doc/batamtoday

BATAM, batamtoday - Keputusan DPRD Provinsi Kepri untuk merampingkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kepri sarat politik dengan alasan kinerja sangat politis. Apalagi direksi BUMD yang baru, dalam dua tahun terakhir sudah menunjukan kinerja positif.

 

Demikian disampaikan Komisaris BUMD Kepri, Alfan Suheri, Senin(26/12/2011). 

"Saya juga tidak paham, kalau persoalan kinerja, kami sudah menunjukan kinerja yang bagus," katanya.

Dijelaskan Alfan, Direksi BUMD format yang baru ini, sesungguhnya dapat warisan utang yang tidak sedikit dari Direksi sebelumnya. Tercatat sekitar Rp6 Miliar utang BUMD kala itu.

"Kalau mau jujur, sebenarnya dapat warisan perusahaan yang sekarat, dan kami membangun perusahaan yang sekarat itu agar dapat hidup lagi," jelasnya bernada tinggi.

Dalam usahanya, BUMD melakukan berbagai terobosan, meski tidak didukung kebijakan yang baik dari Pemerintah Provinsi Kepri. Sejak didirikan pada 2006 lalu, BUMD Kepri hanya dua kali mendapat kucuran modal yang totalnya mencapai Rp14 miliar. 

Pada 2006 Pemerintah Provinsi Kepri mengucurkan modal sebesar Rp10 miliar, selanjutnya pada tahun 2007 Rp4 miliar. Setelah dua kali pengucuran tersebut, jelas Alfan, BUMD tidak lagi mendapat suntikan modal meski pihaknya beberapa kali mengusulkan.

"Dan model BUMD ini sama dengan Holding Company. Modal yang dikucurkan pemerintah saat itu sebenarnya bukan modal diam, tapi modal bergerak sekaligus item belanja di dalamnya. Jadi sebenarnya jika ditilik ulang, modal BUMD sesungguhnya tidak Rp14 miliar. Perda Pembentukan BUMD itu sendiri sudah salah kaprah, terutama dalam menjelaskan konsep BUMD yang benar," ujar Alfan yang juga Wakil Ketua Kadin Kepri itu.

Dan lihat apa yang apa yang dilakukan pemerintah selama ini sesungguhnya bukan mencari solusi yang baik untuk membenahi BUMD, malahan menciptakan 13 anak perusahaan yang semuanya bermodal Rp0. 

Nah, dalam kondisi cacat tersebut, kata ALfan, dengan berbagai cara, jajaran Direksi BUMD mencoba untuk keluar dari kesulitan. Hasilnya melalui usaha pengadaan Avtur dan impor Gula, BUMD mendapat keuntungan yang lumayan hingga mampu membayar sekitar Rp2 Miliar utang hanya dalam tempo 2 tahun terakhir. Hanya saja progres tersebut tidak terekspos di media massa.

"Kalau dianggap kinerja kami tak bener itu jelas alasan yang dibuat-buat. Buktinya Kami mampu membayar cicilan utang hingga dua miliar," tegasnya.