Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Viagra Bisa Perangi Kanker Kulit
Oleh : Dodo/detikHealth
Jum'at | 11-11-2011 | 11:50 WIB

HIEDELBERG, batamtoday - Viagra yang mengandung sildenafil lebih dikenal sebagai obat kuat untuk membantu pria dengan disfungsi ereksi (impoten). Tapi baru-baru ini, peneliti dari Jerman menemukan bahwa Viagra dapat membantu mengobati kanker kulit.

Banyak tumor menyebabkan peradangan kronis yang pada gilirannya menekan serangan spesifik oleh sistem kekebalan tubuh. Para ilmuwan di German Cancer Research Center (DKFZ) dan Medical Faculty Mannheim di Heidelberg University menemukan bahwa tikus dengan melanoma (kanker kulit) yang diberi sildenafil (bahan aktif dalam Viagra) dapat membatalkan penekanan respons imun spesifik tersebut.

Tikus yang diobati dengan sildenafil dapat bertahan lebih dari dua kali liptan sebandingkan dengan tikus yang tidak diobati, seperti dilansir dari situs German Cancer Research Center (DKFZ), Jumat (11/11/2011).

Pada awalnya kedengarannya ini bisa menjadi kabar baik untuk setiap pasien kanker kulit, namun peneliti mengatakan pengobatan ini belum tentu bereaksi sama untuk setiap pasien.

"Kami membedakan antara dua jenis respons imun. Di satu sisi, sel-sel sistem kekebalan tubuh spesifik menyerang sel-sel tumor. Di sisi lain, bagaimanapun hampir setiap tumor menyebabkan lingkungan mikro respons imun inflamasi kronis yang menekan kekebalan antitumor spesifik," jelas Profesor Dr. Viktor Umansky, imunolog di DKFZ dan University Medical Center Mannheim.

Dalam sebuah respons imun inflamasi, sel-sel kekebalan tubuh dari tipe tertentu bermigrasi ke lingkungan tumor dan melepaskan mediator kekebalan karakteristik.

"Tujuan kami adalah untuk mengurangi peradangan kronis dan dengan demikian, untuk mendukung sistem kekebalan tubuh dalam melawan kanker aktif," kata Prof Umansky.

Prof Umansky dan timnya telah mempelajari peradangan kronis seperti yang disebabkan oleh melanoma ganas. Untuk penelitiannya, mereka menggunakan tikus rekayasa genetik (transgenik) yang secara spontan mengembangkan jenis kanker kulit yang sangat mirip dengan melanoma manusia.

Dalam lingkungan tumor dan metastasis pada kelenjar getah bening dari hewan, peneliti mendeteksi mediator inflamasi seperti interleukin-1-β dan interferon-γ. Mediator kekebalan ini menarik apa yang disebut myeloid-derived suppressor cells (MDSC). Sel-sel kekebalan diketahui dapat menghambat sistem kekebalan tubuh, yang paling penting pejuang spesifik tumor yaitu sel T.

Tikus melanoma kemudian diberi sildenafil. Zat ini, yang lebih dikenal dengan nama dagang Viagra, telah dilaporkan dapat meningkatkan kekebalan tumor pada hewan percobaan beberapa kali sebelumnya.

Hasilnya, tikus yang telah diberi zat dengan air minum mengandung sildenafil, dua kali lebih banyak masih hidup setelah sekitar tujuh minggu dibandingkan dengan tikus yang tidak diobati.

Pada tikus yang telah diobati, baik jumlah spesifik sel T tumor dan tingkat molekul dapat aktif kembali dengan normal. Ini berarti bahwa sildenafil berhasil menetralkan peradangan kronis di lingkungan melanoma dan memerangi aktivitas imunosupresif dari MDSC.

"Pendekatan penelitian kami adalah khusus karena penyakit yang sangat mirip pada tikus juga terdapat pada manusia. Oleh karena itu, sangat baik mungkin bahwa sildenafil juga dapat menghambat efek imunosupresif peradangan dan dengan demikian meningkatkan kekebalan antitumor pada orang dengan melanoma. Dengan cara ini, obat dapat berkontribusi untuk mencapai hasil pengobatan yang lebih baik pada melanoma ganas," tutup Prof Umansky.