Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berharap Segenggam Beras dari Gerinda Bekas
Oleh : Gokli/Dodo
Rabu | 26-10-2011 | 12:57 WIB
Mengais.gif Honda-Batam

Belasan orang tampak mengais besi gerinda bekas di sebuah lahan kosong di Dapur 12. (Foto: Gokli)

BATAM, batamtoday - Suasana sebuah tempat penumpukan barang bekas di Dapur 12, Sagulung terasa menyengat karena matahari bersinar dengan perkasanya. Tampak juga belasan orang dengan kain sebagai tutup kepala mondar mandir di lahan kosong tersebut pada Rabu (26/10/2011).

Tiba-tiba, pandangan belasan orang itu langsung berpaling saat sebuah truk pengangkut tanah memasuki lahan itu dan memuntahkan muatan yang berada di bak belakangnya. Seketika itu juga, belasan orang itu langsung mengerumuni dan mengais tumpahan tanah itu.

Merasa penasaran, batamtoday lantas menghampiri kerumunan itu dan mendapati kumpulan orang yang mayoritasnya ibu-ibu memunguti pecahan besi pipih yang terselip diantara gundukan tanah.

"Ini potongan besi gerinda bekas dan bisa dijual," kata Suhartini, seorang warga Kavling Kamboja Sagulung yang tampak bersemangat memunguti besi itu dan dimasukkan ke dalam kantong yang telah disiapkannya.

Ibu tiga anak ini seolah tak mempermasalahkan sinar matahari membakar tubuhnya. Setelah sekian lama, Suhartini mendatangi sebuah gubuk di pinggir lahan kosong itu dengan peluh yang masih bercucuran.

"Lumayan, mas. Bisa buat tambahan membeli beras," kata dia sambil tersenyum.

Suhartini mengatakan aktivitas memunguti besi bekas ini sudah dia lakoni selama enam bulan terakhir. Dia memulai aktivitasnya pada pukul 10.00 WIB dan baru beranjak melangkahkan kaki ke rumah sekitar pukul 15.00 WIB.

Besi gerinda bekas itu dia kumpulkan dan kemudian dijual ke penampung besi dengan harga Rp2 ribu per kilogram. Dalam satu hari, Suhartini bisa mengumpulkan sekitar 20 hingga 25 kilogram besi gerinda bekas yang dia bawa pulang sebelum dijual.

"Kita bersihkan dulu, kemudian dijual," katanya.

Hasil yang didapat rata-rata sekitar Rp25 ribu per hari. Itupun, tambahnya, kalau buangan besi di tempat itu banyak dan tidak banyak orang yang memungutinya.

Aktivitas ini harus dia lakoni demi mendapatkan uang tambahan untuk membeli beras lantaran jika hanya mengandalkan pendapatan suaminya yang merupakan buruh harian lepas di sebuah pelabuhan rakyat sangat tidak mencukupi. Terlebih, untuk membiayai ketiga anaknya yang semuanya duduk di bangku sekolah.

"Yang penting halal dan tidak mencuri," ungkapnya tanpa merasa malu.

Sebuah pengakuan polos dan jujur yang keluar dari mulut Suhartini patut kita hargai. Di saat hidup semakin sulit di Batam ini, dirinya masih mampu memunculkan pendapatan alternatif meski harus berpanas dan bermandi peluh.