Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rekayasa Perampokan Dotamana Kejutkan Para Korban
Oleh : Hendra Zaimi/Dodo
Senin | 19-09-2011 | 17:53 WIB
Salah-Tangkap.gif Honda-Batam

Sulasno dan Safrizal, dua korban salah tangkap dalam kasus perampokan Dotamana.

BATAM, batamtoday - Pemilik toko sembako Sumber Kita di Kawasan Dotamana merasa terkejut atas pemberitaan di media massa yang menyebutkan kasus perampokan yang terjadi menimpa usaha miliknya itu adalah rekayasa oknum perwira polisi di Satuan Reserse Kriminal Polresta Barelang. Sebab jika itu benar terjadi maka dia adalah pihak yang sangat dirugikan dalam peristiwa tersebut.

"Saya sangat terkejut dengar pemberitaan di media tadi, awalnya sempat ragu sebab pemberitaan di media bisa saja salah," ujar Ahi, pemilik toko sembako Sumber Kita kepada batamtoday, Senin (19/9/2011).

Dia sebenarnya takut memberikan pernyataan atas rekayasa perampokan itu, sebab pemberitaan itu belum tentu benar. Namun ketika dijelaskan bahwa statemen mengenai rekayasa perampokan itu keluar langsung dari mulut Kapolresta Barelang, Ahi sangat menyayangkan mengapa seorang polisi yang seharusnya memberikan rasa aman kepada masyarakat justru merekayasa kasus demi memuluskan karir di kepolisian.

"Kalau memang benar, begitu teganya oknum itu melakukan cara seperti itu dan menjadikan kami sebagai korban," katanya.

Pasca terjadinya kasus perampokan itu, dia dan keluarga masih mengalami trauma dan takut dengan peristiwa tersebut. Rekayasa kasus perampokan yang terungkap menambah ketakutan yang belum bisa hilang dari anggota keluarga yang menjadi korban perampokan.

"Sampai sekarang kita sekeluarga masih sangat trauma dan takut atas kejadian itu," terang Ahi.

Senada dengan Ahi, Syafrizal, korban salah tangkap dalam penggrebekan kejadian perampokan Dotamana juga merasa terkejut dengan pemberitaan rekayasa dalam kasus perampokan. Dia menilai oknum polisi yang tega melakukan itu sudah tidak mempunyai hati nurani lagi sehingga mau melakukan apa saja demi kepentingan pribadi.

"Polisi seperti apa itu, sampai tega melibatkan orang yang tidak bersalah seperti kami," kata Syafrizal kepada batamtoday.

Menurut lelaki asal Solok, Sumatera Barat ini tugas polisi yang seharusnya melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat hanya isapan jempol belaka dan pantas pandangan masyarakat terhadap korp coklat ini semakin lama semakin buruk akibat perbuatan oknum tersebut.

"3M (Melindungi, Melayani dan Mengayomi) polisi hanya sebatas slogan saja dan dalam prakteknya tidak ada," ujarnya dengan nada kesal.

Apalagi hingga kini belum ada pernyataan secara resmi dari pihak kepolisian untuk mengeluarkan kata maaf atas kasus salah tangkap yang dia terima. Padahal pada saat kejadian pemilik toko sudah mengatakan dirinya adalah langganan yang sudah biasa berbelanja di tempat kejadian.

"Kasus yang menimpa saya kemarin belum ada permintaan maaf dari polisi apalagi niat untuk rehabilitasi nama baik. Kompol Aries Andhi selaku Kasat Reskrim saat itu hanya memberikan uang perobatan atas luka pukulan yang saat terima, dan mengatakan mengapa saya belanja di sana malam itu? Memangnya belanja harus pakai jadwal ya?," terang Syafrizal.

Nasib yang sama juga dialami oleh Sulasno yang menjadi korban salah tangkap, bukannya ada permintaan maaf dari pihak kepolisian untuk merehabilitasi nama baik justru barang milik Sulasno hingg kini belum juga dikembalikan polisi. Barang tersebut adalah handphone miliknya yang diamankan polisi saat peristiwa itu.

Sementara itu, ketika batamtoday ingin meminta konfirmasi atas pemberitaan rekayasa perampokan itu Sulasno sedang bekerja dan tidak ada di rumah, dan pihak keluarga hanya diwakilkan ibu mertua Sulasno.

"Susah jadi orang kecil, meski benar tetapi tetap salah di mata orang yang mempunyai kepentingan. Biarlah Tuhan yang membalas semua ini, sebab dia yang maha mengetahui semua ini," kata mertua Sulasno.