Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bayi Pengidap Sindrom Edward di Bintan Butuh Donasi
Oleh : Harjo
Rabu | 06-01-2016 | 15:28 WIB
_MG_6629.jpg Honda-Batam
Ratna Wati memeluk buah hatinya, Ufaira. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Ufaira, bayi 11 bulan divonis mengidap penyakit sindrom Edward. Sejak lahir, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Saat ini, berat badannya hanya 4.6 kg. Meski demikian, orangtuanya, tidak pernah putus asa untuk mencarikan obat agar balita tersebut agar bisa normal seperti anak lain seusianya. Namun semakin lama, biaya perobatan terutama saat perawatan jalan di rumah, semakin lama semakin berat.

"Kalau untuk usaha berobat sudah kita coba, bahkan hingga RSCM Jakarta. Sempat dirawat sekitar dua bulan. Tetapi karena sudah divonis mengidap sindrom Edward, salah satu penyakit langka dan masalah pengobatan tidak bisa dilakukan secara maksimal. Maka, kita memilih untuk berobat jalan," ungkap Ratna Wati, ibu dari Ufaira kepada BATAMTODAY.COM di RSUD Tanjunguban, Rabu (6/1/2016).

Ratna Wati menjelaskan mengetahui sejak Ufaira masih dalam kandungan berusia 8 bulan, memang sudah mengetahui kalau ada kelainan. Namun  belum mengetahui kalainan berupa apa yang akan dialami oleh bayinya. 

Di usia kandungan 10 bulan setelah melahirkan di RSUD  Tanjunguban langsung di rujuk ke RSUD provinsi kepri di Tanjungpinang.  Selain hanya memiliki berat badan 2.3 kg dan  baru dalam hitungan jam, sudah mengalami kejang-kejang dan demam tinggi.

"Saat melahirkan anak pertama, tidak ada masalah dan normal. Makanya saat ada kelainan dengan anak kedua kita sagat kaget dan heran. Apa lagi sejak  lahir Ufaira memang tetap demam panas, dimana suhu badannya secara normal 38 derajat celcius. Dimana kalau suhu naik, secara otomatis kesehatannya semakin terganggu," terangnya.

Di mana setelah selesai mendapatkan perawatan di RSCM Jakarta sekitar 7 bulan yang lalu. Ufaira mendapatkan perawatan kesehatan dengan sistem rawat jalan dan setiap minggu, melakukan cek kesehatan di RS terdekat.

Sementara itu Siswanto, bapak dari Ufaira menyampaikan sejak lahir anaknya yang kedua, segala daya dan usaha untuk mengobati penyakitnya sudah dilakukan. Tetapi semakin hari biaya perobatan, terutama perawatan kesehatan sehari-hari terasa semakin berat.

"Kalau biaya di RS memang mengunakan program BPJS, tetapi saat di rumah mengunakan biaya pribadi itu yang sangat berat. Mengingat dia memang tidak lepas dari oksigen, termasuk makan pun mengunakan selang dan hanya sekali-kali di lepas. Karena kalau terlalu lama dilepas, maka penyakitnya akan kambuh," terangnya.

Karena kemampuan keluarga sudah sangat terbatas. Saat ini berharap, selain ada mukjizat untuk kesembuhan anak, juga masih ada orang yang  peduli untuk membantu meringankan biaya perawatan jalan. Karena saat ini, perawatan kesehatan dilakukan lebih banyak di rumah yang secara otomatis menggunakan biaya secara pribadi. 

Editor: Dardani