Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kasus Pembunuhan Istri Perwira Polda Kepri

Para Pembantai itu Ternyata Tukang Ngutang di Warung
Oleh : Hendra Zaimi/Dodo
Jum'at | 01-07-2011 | 18:33 WIB
Haryati.gif Honda-Batam

Haryanti, pemilik warung dekat Perumahan Anggrek Mas 3 saat menujukkan daftar hutang para tersangka pembunuh Putri Mega Umboh. (Foto: Hendra Zaimi)

Batam, batamtoday - Dibalik kesangaran dan kekejaman para sekuriti Perumahan Anggrek Mas 3, ternyata ketujuh orang yang sekarang dijadikan tersangka dalam kasus pembunuhan Putri Mega Umboh, juga diketahui sering 'ngutang' di sebuah warung kopi tak jauh dari perumahan itu.

"Mereka (para sekuriti Anggrek Mas 3, red.) itu suka ngutang di warung saya. Entah itu rokok ataupun kopi, terlebih kalau bulan sudah menunjukkan tanggal tua," kata Haryati, pemilik warung di luar pagar perumahan Anggrek Mas 3 sambil menunjukkan 'daftar dosa' (daftar hutang,-red.) para sekuriti kepada batamtoday, Jumat, 1 Juli 2011.

Haryati menyebutkan daftar hutang para sekuriti setidaknya mencapai ratusan ribu rupiah dan ketujuh sekuriti itu yakni Andreas, Nurdin, Suprianto, Widodo, Joachim, Bachruddin dan Sahrul kesemuanya memiliki 'akun' hutang di warung yang sangat sederhana tersebut.

Namun Haryati hanya menunjukkan 'akun' milik Andreas, Nurdin dan Suprianto yang hutang ketiganya mencapai Rp150 ribu. Hingga diringkusnya ketujuh sekuriti itu, Haryati mengatakan kesemuanya belum menjalankan kewajibannya untuk melunasi hutang mereka.

"Masalah hutang mereka itu sudah saya anggap lunas, dan tidak seberapa. Biarin sajalah sudah saya ikhlaskan," kata Haryati.

Terkait dengan peristiwa pembunuhan Putri Mega Umboh yang menggegerkan Batam, Haryati mengaku tak menyangka kalau ternyata pelakunya melibatkan para sekuriti yang selama ini menyambangi warungnya.

Perempuan setengah baya itu mengatakan pada Jumat pagi sepekan lalu, Andreas salah seorang sekuriti sempat mendatangi warungnya untuk membeli minuman.

"Pak Andreas sempat beli minum di sini, dia beli tujuh bungkus kopi saat saya tanya kok banyak kali belinya. Dia menjawab biasa sedang pada ngumpul-ngumpul di pos sekuriti," ujar Haryati.

Tidak ada rasa curiga dalam benak Haryati atas kedatangan Andreas dengan membeli minuman sebanyak itu ke warungnya. saat itu Andreas sempat membayar minuman dengan memberikan uang pecahan Rp50 ribu dan melihat banyak uang yang dipegang Andreas.

"Saya bilang kok banyak sekali uang birunya, hari tua gini biasa uangnya recehan tapi kok malah banyak pegang uang biru sekarang," kata Haryati.

Haryati menambahkan, yang dimaksud uang biru itu adalah uang Rp50 ribu, sebab kebiasaan dirinya dan sekuriti menyebutnya dengan uang biru. Sebab menurut Haryati tidak biasa sekuriti di akhir bulan memegang uang banyak bahkan para sekuriti biasa hutang di warung kecil miliknya itu.

"Hari itu pak Andreas sempat dua kali beli minuman, usai membeli kopi di sini tak lama kemudian dia datang lagi dan kembali membeli minuman," lanjut ibu paruh baya ini.

Namun ia mengaku tak tahu apa aktivitas yang dilakukan Andreas dan kawan-kawan selepas meninggalkan warungnya.

"Saya baru tahu kalau mereka terlibat pembunuhan istri pak polisi (Putri Mega Umboh, red.) saat wartawan dan polisi pada ke perumahan beberapa hari kemudian," ujarnya dengan polos.