Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Minta Developer Ganti Perusahaan Penyalur Sekuriti

Warga Perumahan Anggrek Mas 3 Masih Trauma
Oleh : Hendra Zaimi/Dodo
Kamis | 30-06-2011 | 17:00 WIB
Anggreka-Mas.gif Honda-Batam

Suasana perumahan Anggrek Mas 3 saat digelarnya rekonstruksi pembunuhan terhadap Putri Mega Umboh. (Foto: Hendra Zaimi)

Batam, batamtoday - Kasus pembunuhan yang menimpa Putri Mega Umboh, istri dari Kompol Mindo Tampubolon, perwira Polda Kepri beberapa waktu yang lalu masih menyisakan rasa takut dan trauma oleh sebagian warga Perumahan Anggrek Mas 3 atas kinerja dari petugas sekuriti yang berjaga di komplek mereka itu.

Warga takut kejadian yang serupa dapat terulang lagi, sebab dari sebagian warga sudah tidak percaya lagi dengan pihak keamanan perumahan itu. Sejak kejadian itu, warga di perumahan menjadi lebih waspada terhadap orang yang tidak dikenal yang melintas atau mendatangi perumahan tersebut.

"Kami masih trauma dengan kejadian kemarin, sejak peristiwa kemarin kami tidak percaya lagi dengan sekuriti," ujar Nelson, warga Perumahan Anggrek Mas 3 yang tinggal tidak jauh dari kediaman Mindo Tampubolon kepada batamtoday, Kamis, 30 Juni 2011.

Nelson menambahkan, sejak kejadian pembunuhan tragis itu, anggota keluarganya masih trauma dan jadi lebih waspada. Bahkan pada malam hari biasanya melakukan aktivitas sendiri-sendiri di rumah, sekarang mulai sering berkumpul bersama-sama keluarga.

"Kalau malam biasanya hanya sebagian lampu yang dinyalakan, kini hampir semua kami nyalakan bahkan televisi saja bisa sampai pagi dihidupkan untuk menghilangkan rasa takut," terangnya.

Sementara itu, warga lain yang bernama Lina merasa tidak yakin dengan peristiwa yang menggemparkan warga Batam yang terjadi di perumahan yang telah tiga tahun belakangan ini ditempatinya. Apalagi selama ini tidak pernah terjadi kejadiaan apapun di sana.

"Sejak tiga tahun tinggal di sini aman-aman saja, tidak pernah kasus apapun seperti pencurian. Tetapi sekali terjadi bagaikan tsunami dan menakutkan," ujar Lina.

Wanita keturunan Tionghoa ini sudah tidak percaya lagi dengan pihak sekuriti yang berjaga di komplek itu, apalagi setelah mengetahui dari media massa bahwa perusahaan penyalur sekuriti yang bertugas di komplek mereka itu tidak resmi dan tidak terdaftar di kepolisian.

"Kok bisa sekuriti yang direkrut tidak memiliki sertifikat kepelatihan dan tidak terlatih. Seharusnya developer lebih jeli dalam mengadakan itu semua dan ini menyangkut rasa keamanan warga," terangnya.

Selain itu pihak developer juga tidak pernah melakukan pemberitahuan tentang pergantian petugas sekuriti yang bertugas sekarang yang menggantikan sekuriti lain yang terlibat dalam aksi pembunuhan itu. Bahkan pergantian yang dilakukan itu tetap dari perusahaan penyalur sekuriti yang sama.

"Kami makin tambah takut setelah tahu dari media massa, sementara doveloper hingga sekarang belum ada memberitahukan tentang pergantian sekuriti kepada kami dan hanya tahu meminta uang keamanan dengan menagih setiap bulannya," lanjut Lina.

Warga Perumahan Anggrek Mas 3 harus membayar uang keamanan setiap bulan sebesar Rp300 ribu. Biaya itu sudah satu paket dengan iuran kebersihan yang dibayarkan kepada pihak developer.

Warga berharap pihak developer dapat memperhatikan keamanan di perumahan tersebut dengan menugaskan petugas sekuriti yang terlatih dan memiliki pendidikan keamanan serta resmi. Meskipun harus membayar mahal tetapi rasa keamanan itu tetap terpelihara dan tidak terjadi lagi kejadian serupa di sana. 

Perumahan Anggrek Mas 3 merupakan salah satu dari sekian banyak lokasi perumahan yang dibangun oleh PT Putera Karyasindo Prakarsa (PKP), sebuah pengembang yang telah berdiri di Batam sejak tahun 1988.