Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tangki Seribu Menghangat, Rumah Tuhan Dibongkar Paksa
Oleh : Hendra Zaimi/Dodo
Selasa | 28-06-2011 | 11:48 WIB
Tangki-Seribu.gif Honda-Batam

Histeris - Asma (berjilbab) bersama dengan sejumlah ibu-ibu warga Tangki Seribu yang histeris saat mushalla mereka dibongkar paksa oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik lahan. Tampak di belakang adalah mushalla yang telah dibongkar atapnya. (Foto: Hendra)

Batam, batamtoday - Suasana Tangki Seribu RT03/RW06, sebuah permukiman liar di kawasan Bukit Senyum, Batuampar yang dihuni sekitar 280 Kepala Keluarga (KK) pada Selasa, 28 Juni 2011 sekitar pukul 08.00 WIB tiba-tiba menghangat.

Puluhan ibu-ibu terlihat histeris saat menyaksikan sebuah mushalla di sekitar tempat tinggal mereka, tiba-tiba dibongkar paksa oleh sekelompok orang atas suruhan sebuah perusahaan, PT Buston Tunas Jaya (BTJ), yang mengklaim sebagai pemilik lahan tersebut.

"Hey, mau kalian apakan Rumah Tuhan itu. Jangan main-main kalian," teriak Asma (42), seorang ibu rumah tangga yang tinggal sekitar 15 meter dari mushalla yang bernama Assyahid itu.

Teriakan Asma itu disambut dengan teriakan bernada hujatan oleh ibu-ibu lainnya bagi sekelompok orang yang membongkar rumah ibadah itu. Asma menilai tindakan pembongkaran tanpa seizin masyarakat maupun RT/RW setempat dan tidak menunjukkan surat izin pembongkaran dari otoritas yang berwenang.

Namun teriakan dari Asma maupun ibu-ibu lainnya tidak digubris oleh sekelompok pembongkar itu. Bahkan, kedatangan beberapa personil anggota Polsekta Batuampar yang turun ke lokasi itu juga diacuhkan. Satu per satu, atap seng berkarat yang sudah menempel sekitar 11 tahun di mushalla itu dilemparkan ke tanah berdebu di kawasan hunian padat penduduk itu.

Asma sangat menyayangkan pembongkaran itu mengingat mushalla tersebut merupakan satu-satunya tempat ibadah bagi warga Muslim di Tangki Seribu. Terlebih, besok Rabu, 29 Juni 2011, tepat di peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Asma mengatakan mushalla itu biasa dipergunakan untuk pengajian.

"Apalagi bulan Ramadhan sudah di ambang pintu. Ini mereka malah membongkar mushalla itu dengan semena-mena," ujar Asma dengan ketus.

Sementara itu, Ridwan, warga lainnya mengatakan selain membongkar mushalla, sekelompok orang itu disebutkan akan membongkar sebuah gereja yang letaknya hanya 15 meter dari mushalla itu.

"Gereja yang bernama Gemit itu sudah berdiri sama lamanya dengan mushalla sekitar 11 tahun," kata Ridwan.

Meski dirinya menganut agama Islam, Ridwan tidak terima jika gereja yang berdiri berdampingan tak jauh dengan mushalla itu dirobohkan karena mengganggu aktivitas peribadatan warga yang beragama Nasrani.

"Berdirinya gereja dan mushalla yang berdampingan itu merupakan lambang kerukunan beragama warga di Tangki Seribu," tukas Ridwan yang sudah tinggal di Tangki Seribu selama 15 tahun.

Aktivitas pembongkaran itu tiba-tiba terhenti setelah pengurus RW setempat meminta para pembongkar itu agar pergi ke Polsekta Batuampar untuk merundingkan permasalahan ini.

Dalam perundingan yang dipimpin oleh AKP Irawan Banuaji, Kapolsek Batuampar dengan dihadiri Camat Batuampar Hendri, Khairuddin selaku kuasa hukum PT BTJ dan perwakilan masyarakat Tangki Seribu akhirnya disepakati aktivitas pembongkaran harus dihentikan.

"Kalau ada sesuatu hal yang meresahkan, silakan masyarakat laporkan sama saya. Jangan ada yang sewenang-wenang mengambil sikap yang nantinya dapat berujung di keributan," kata Irawan.

Irawan mengatakan ke depannya, pihaknya akan melibatkan BP Kawasan dalam perundingan berikutnya mengingat institusi tersebut yang mengetahui sacara persis seluk beluk permasalah lahan di Batam.

Bersama dengan Camat Batuampar, Irawan meminta agar atap seng mushalla bersama dengan kelengkapan lainnya yang telah dibongkar agar dipasang kembali sehingga tempat tersebut dapat digunakan lagi untuk beribadah.