Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Stimulasi Otak dengan Gelombang Magnetik, Alternatif Baru Pengobatan Autisma
Oleh : Redaksi
Jum'at | 07-11-2014 | 10:36 WIB
gelombang elektromagnetik.jpg Honda-Batam
Foto: ist

BATAMTODAY.COM - PENYEBAB autisma masih menjadi perdebatan. Belum ada kepastian mengenai penyababnya meski sudah diteliti selama hampir 20 tahun dan jumlah penyandang autisma terus meningkat. Begitu pun dengan cara "pemulihannya"--karena autistik bukan penyakit, hanya gangguan. Namun, metode yang satu ini dinilai sebagai salah satu alternatif "pengobatan" bagi penyandang autistik.

Salah satu cara untuk membantu pasien ASD mungkin dengan magnet yang merangsang otak, yang baru-baru ini telah ditunjukkan untuk mengobati masalah bicara pada pasien stroke dan Parkinson serta meningkatkan daya ingat.

Dikutip dari Medical Xpress, penelitian ini menggunakan stimulasi transkranial magnetik berulang (repetitive transcranial magnetic stimulation, rTMS) -cara baru menstimulasi otak- yang diklaim dapat meningkatkan beberapa kelainan pada aktivitas otak pada penyandang gangguan spektrum autisma (ASD), tetapi juga bisa mengurangi beberapa hambatan sosial (termasuk pemahaman sosial dan kecemasan).

Sebagian besar dari tantangan pengobatan adalah bahwa kita tidak memiliki perawatan biomedis yang valid yang meningkatkan gejala inti pada ASD. Hal ini kontras dengan kebanyakan kondisi lain dalam psikiatri dan neurologi, seperti depresi, kecemasan, psikosis dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Obat yang digunakan untuk ASD pun biasanya untuk mengurangi gejalan umum, seperti agresi.

Intervensi dini pada ASD sangat penting. Hasil terbaik umumnya berasal dari memasukkan anak ke program intervensi (terapi) perilaku yang intensif sedini mungkin. Hal ini tentu saja tergantung pada diagnosis dini ASD, idealnya sekitar pada usia dua atau tiga tahun.
 
Tapi, hal ini sering tidak terjadi pada individu dengan ASD yang memiliki kemampuan bahasa yang sangat baik atau kecerdasan yang tinggi. Anak-anak ini cenderung terlambat untuk dirujuk secara klinis. Bahkan tidak pernah didiagnosis hingga memasuki sekolah dasar.

Intervensi anak usia dini juga tidak memenuhi kebutuhan orang dewasa dengan ASD yang terus mengalami kesulitan sosial yang signifikan, namun menemukan diri mereka terasing dari program autisme yang fokus sejak dini atau program kejiwaan yang fokus pada usia dewasa.

Bagi mereka yang ingin memilih biomedis untuk pengobatan ASD, setidaknya ada harapan. Dalam beberapa tahun terakhir ada hasil yang menggembirakan dari uji klinis pendahuluan pada ASD yang dilibatkan. Misalnya, terapi hormon (oksitosin) dan obat yang telah dikembangkan untuk keperluan lain, seperti bumetanide, yang secara tradisional digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.
 
Sejumlah kelompok peneliti di seluruh dunia telah melakukan uji klinis menggunakan teknik baru yang dikenal sebagai rTMS. Pengobatan ini menggunakan pulsa magnetik yang kuat dan presisi tetapi tepat pada bagian dari otak untuk merangsang aktivitas otak. Ini dilakukan dengan penggunaan "coil" rTMS pada kepala seseorang.

Pulsa magnetik menjalar melalui permukaan otak, di mana mereka menginduksi arus listrik. Listrik ini menyebabkan sel-sel otak menjadi aktif, atau "menyala".
 
Setelah dua dekade penelitian, diketahui bahwa rTMS dapat digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan aktivitas di daerah tertentu di otak.

Alat ini juga telah dikembangkan sebagai pengobatan yang aman dan efektif bagi orang-orang yang mengalami depresi, tetapi belum ada manfaat dari terapi psikologis dan obat-obatan.

Kesulitan sosial dianggap oleh banyak orang sebagai ciri khas ASD. Kita tahu bahwa jaringan otak yang memungkinkan kita untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, juga ada pada individu dengan ASD. Contohnya, jaringan otak yang memungkinkan kita menafsirkan maksud di balik perilaku orang lain, kurang aktif pada orang dengan ASD.

Nah, rTMS nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas atau "menggairahkan" sel-sel otak dalam jaringan ini, yang dapat mempengaruhi sistem kimia otak yang mengontrol aktivitas otak. Hal ini dapat dianggap sebagai langkah menuju perbaikan jaringan otak yang disfungsional.

Dan cara ini memungkinkan untuk secara langsung mempengaruhi kelainan otak pada ASD dan mempromosikan perbaikan klinis.

Memang, tidak akan ada pendekatan yang sama yang biasa dipakai untuk semua pengobatan pada ASD. Banyak anak akan terus mendapatkan keuntungan dari program intensif intervensi awal.

Namun ada alasan untuk optimis tentang pengembangan pilihan pengobatan biomedis di ASD, terutama ketika mempertimbangkan kemajuan yang dibuat dalam genetika dan neuroimaging. (*)

Editor: Roelan