Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Singapura Perangi DBD Pakai Nyamuk
Oleh : Redaksi
Sabtu | 18-10-2014 | 15:29 WIB
nyamuk_aedes.jpg Honda-Batam
Foto: net

BATAMTODAY.COM, Singapura - Pemerintah Singapura mulai memerangi demam berdarah dengue (DBD) dengan menggunakan nyamuk. Sebuah bakteri menjadi kunci untuk metode pengendalian biologis yang efektif dalam perjuangan Singapura melawan demam berdarah tersebut.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA), Jumat (17/10/2014), Panel Pakar Advisori Dengue yang terdiri dari para ahli dari Singapura, Australia, Inggris dan Amerika Serikat, merekomendasikan Singapura untuk mengeksplorasi penggunaan nyamuk jantan membawa jenis bakteri yang dikenal sebagai Wolbachia.

Wolbachia ditemukan di lebih dari 60 persen serangga, seperti kupu-kupu, capung dan lalat buah. Bakteri ini memiliki efek khusus pada nyamuk Aedes aegypti.

Sebagaimana diketahui, nyamuk betina dari spesies ini mengirimkan demam berdarah melalui gigitan mereka. Ketika nyamuk Aedes aegypti jantan yang terinfeksi dengan bakteri Wolbachia "berkencan" dengan si betina, mereka menghasilkan telur steril yang tidak menetas. Hal ini dapat membantu mengurangi populasi nyamuk Aedes.

Panel tersebut diketuai oleh ahli epidemiologi dan entomologi, Profesor Duane Gubler, direktur pendiri Program Emerging Infectious Diseases di Duke-NUS Graduate Medical School, Singapura.

Nyamuk jantan tidak menggigit atau menularkan penyakit. "Wolbachia pembawa Aedes telah dirilis di beberapa tempat, seperti Australia, Brazil, Indonesia dan Vietnam, dengan tidak ada dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan ekologi," jelas anggota panel, Profesor Ary Hoffmann, seorang ahli interaksi Wolbachia-serangga, dari university of Melbourne di Australia.

"Wolbachia memberikan strategi yang aman, karena bakteri secara alami hadir dalam sebagian besar dari serangga. Organisme di alam telah terus-menerus terkena Wolbachia selama jutaan tahun," imbuhnya.

Profesor Gubler mengatakan, penggunaan Wolbachia kemungkinan akan efektif bila dkombinasikan dengan metode pengendalian lain. "Singapura ini menarik karena memiliki program pengendalian Aedes aegypti terbaik di dunia, sehingga menyediakan infrastruktur untuk strategi seperti Wolbachia," katanya, seraya menambahkan bahwa Singapura juga memiliki sistem surveilans yang sangat baik. (*)

Editor: Roelan