Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gula Impor Datang di Saat Yang Tak Tepat
Oleh : Dodo
Rabu | 01-06-2011 | 17:03 WIB
Gula-2.gif Honda-Batam

Impor Gula - Suasana bongkar muat gula impor asal Thailand di Pelabuhan Batuampar, Rabu (1/6). Kedatangan gula impor dianggap tidak dalam waktu yang tepat mengingat stok gula nasional masih aman. (Foto: Dodo)

Batam, batamtoday - Kedatangan sekitar 9.000 ton gula impor dari Thailand yang masuk ke Batam secara bertahap mulai hari ini dipandang kurang tepat mengingat stok gula nasional dalam taraf aman.

"Bulan Mei merupakan masa giling seluruh pabrik gula di Indonesia, harusnya impor itu nanti saat stok gula mengalami krisis," kata Ahmad Hijazi, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kota Batam, kepada batamtoday, Rabu, 1 Juni 2011.

Hijazi mengatakan dengan datangnya gula impor itu seharusnya dapat menekan harga jual gula di tingkat konsumen hingga 30 persen dari harga saat ini. Menurutnya pemerintah hanya bisa merasa senang lantaran masyarakat akan mendapatkan gula dengan harga murah.

"Mungkin pengajuan izin impornya dilakukan sudah lama dan baru turun sekarang," kata Hijazi.

Berbeda dengan Hijazi, Anggota Dewan Penasihat Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Abdullah Gosse menilai kedatangan ribuan ton gula impor itu dimaksudkan untuk menyeimbangkan defisit neraca gula nasional yang acap kali terjadi menjelang hari besar nasional.

Selain itu, lanjut dia, selama ini sering terjadi gap di sektor produksi dan konsumsi gula karena berbagai kendala seperti panen tebu yang tertunda maupun faktor alam.

"Impor harus dilakukan karena kuota kebutuhan gula sering tidak tercukupi oleh pabrik gula nasional, meski saat ini telah memasuki masa giling," kata Gosse.

Namun proses impor gula, menurut Gosse tidak bisa dilakukan seenaknya meski Batam merupakan kawasan perdagangan bebas akan tetapi harus tetap mengikuti tata niaga gula yang ditetapkan Pemerintah Pusat melalui Dewan Gula.

Pada sisi lain, dia juga meminta jika kebijakan impor tidak diberlakukan maka harus ada jaminan keamanan dari pemerintah saat melakukan pengapalan gula dari wilayah lain di Indonesia, seperti Jawa.

"Selama ini banyak 'rembesan' yang meningkatkan ongkos operasional akibat persoalan keamanan ini, terutama untuk daerah Bintan dan Karimun" kata Gosse.

Menurutnya hal ini harus diperhatikan oleh pemerintah mengingat selama ini para 'pemain' bisnis gula diberi syarat yang cukup berat untuk mendatangkan gula seperti komitmen yang tinggi untuk menjaga stabilitas harga, persyaratan teknis, berpengalaman dan bonafit yakni menyediakan bank garansi sebesar Rp9 miliar.