Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aspirin Bukan 'Obat Terbaik' untuk Atasi Gangguan Jantung
Oleh : Redaksi
Jum'at | 20-06-2014 | 09:54 WIB

BATAMTODAY.COM - PARA di Inggris dianjurkan untuk menggunakan obat yang lebih baru dibanding aspirin untuk perawatan masalah jantung, seperti disebutkan dalam pedoman baru untuk Layanan Kesehatan Nasional di Inggris dan Wales.

Menurut The National Institute of Health and Care Excellence, NICE, obat-obatan pengencer darah seperti warfarin memberikan dampak yang lebih baik bagi mereka yang menderita atrial fibrillation atau kontraksi arteri, yang antara lain menyebabkan detak jantung yang tidak teratur.

Para ahli mengatakan sebagian besar dokter sebenarnya sudah melakukan hal tersebut dan saran dari NICE ini akan mempengaruhi ratusan ribu pasien. Selama bertahun-tahun, aspirin digunakan untuk membantu melindungi pasien dari serangan stroke.

Tetapi bukti-bukti menunjukkan, manfaatnya terlalu kecil dibandingkan dengan obat lain, seperti disebutkan dalam Pedoman baru NHS, yang untuk pertama kalinya dimutakhirkan sejak diterbitkan pertama kali tahun 2008.

Namun para ahli memperingatkan, jika pemberian aspirin bagi pasien harus dihentikan, maka harus dilakukan secara bertahap dan hanya berdasarkan anjuran dokter.

Profesor Peter Weissberg, Direktur medis di yayasan BHF mengatakan, "Stroke yang disebabkan oleh fibrilasi atrium, merupakan hal umum, dan dapat dicegah. Tetapi itu hanya jika irama jantung abnormal diidentifikasi sejak dini, dan jika pasien diberi obat yang efektif untuk mencegah perkembangan penggumpalan darah."

"Pedoman NICE yang diperbaharui, mencerminkan terkumpulnya bukti-bukti, bahwa warfarin dan antikoagulan baru, jauh lebih efektif untuk mencegah stroke ketimbang aspirin.

Bagaimanapun Profesor Weissberg menambahkan bukan berarti aspirin tidak penting dan sepenuhnya tidak efektif untuk mencegah serangan jantung dan stroke. "Pasien yang merasa tidak jelas apakah mereka harus terus minum aspirin atau tidak, mesti membicarakannya dengan dokter mereka." (*)

Sumber: BBC