Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ternyata Pantai kencana Tempat Terselubung Transa

Virus HIV/AIDS Mulai Ancam Natuna
Oleh : Riky Rinovsky/TN
Minggu | 29-05-2011 | 13:39 WIB
pantai_kencana.jpg Honda-Batam

Pantai Kencana tampak pada siang hari. (Foto: Riky Rinovsky).

Natuna, batamtoday - Dulu pantai ini bernama Pantai Stres, letaknya persis di tengah Kota Ranai sekitar 100 meter dari kediaman bupati Natuna, Ilyas sabli. Saat memasuki sore hari, sejumlah pedagang sudah mulai memasang tenda berbentuk payung dengan meja bulat berukuran satu meter.

 

Kursi-kursi plastik pun mulai ditata agar terlihat rapi dan gema suara musik berdentum segera meningkahi sore jelang malam, yang berasal dari sound sistim membuat suasana pantai mulai terasa hidup.

Tak cuma itu, di kawasan pantai kencana masyarakat juga dimanjakan dengan sajian Live Musik  walau dengan alat dan disain pangung tergolong sederhana tetapi cukup menghibur para penggunjung yang senggaja mampir ke kawasan tersebut bertengger di sudut Utara sebelah bibir pantai Kencana.

Kesan warung remang-remang sangat tampak saat malam tiba, hampir tidak ada penerangan di setiap meja yang ditata tadi. Hanya barisan gerobak-gerobak dan tenda yang terpasang permanen mengunakan bahan kayu saja yang berjejer di tepi jalan.

Begitu memasuki kawasan Pantai Kencana jalan Sukarno Hatta, baru terlihat orang sedang menikmati makanan atau minuman. Tempatnya sedikit gelap, hanya kelibatan lampu kendaraan saja yang sesekali melintas sebagai penerang untuk melihat makanan apa yang disantap sembari bercengkramah bersama pramusaji dadakan alias tidak tetap.

Ada yang menarik saat Anda duduk di pantai yang sebagian orang Ranai menyebutnya dengan sebutan Pantai Stres, meski Pemkab Natuna sudah mengganti namanya menjadi Pantai Kencana. Karena, konon yang duduk dipantai ini biasanya orang-orang stres. Agar tidak tambah stres, para
pelayan wanita ini akan siap menemani Anda selama duduk di meja mana saja yang Anda mau.

Sementara itu, salah seorang pengunjung kepada batamtoday mengungkapkan bahwa sejumlah pramusaji di warung tersebut memang berprofesi ganda. Mereka memang terlihat menjual minuman namun di sisi lain, terkadang bisa menjual kenikmatan kepada pelanggan jika cocok.

”Tempat transaksinya memang di warung. Tetapi, eksekusinya di luar kedai,” ungkap pengunjung tersebut seraya meminta namanya dirahasiakan kepada wartawan di Sabtu malam 27 Mei 2011.

Dari pantauan batamtoday, keberadaan warung tersebut di kawasan tanah yang telah dibebaskan oleh pemerintahan Kabupaten Natuna pada tahun 2009 sebelumnya telah direncanakan untuk sarana rekreasi masyarakat dengan direklamasi pantai menyedot dana APBD milyaran rupiah.

Namun belakangan, kawasan Pantai Kencana tersebut semakin dijejali para pedagan lapak remang-temang, bahkan ada sebagian yang sudah membangunya secara permanen. Kelihatanya ada komitmen tertentu antara para pedagang dengan pihak pemerintahan kecamatan setempat, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalaan hingga hari ini.

Namun sangat disayangkan, warung-warung tersebut ternyata dijadikan tempat transaksi sex, dan pelayan yang ditampilkan berusia dari 16-30 tahun,yang berasal dari sejumlah daerah luar dan dalam Natuna. Setiap warung punya pelayan atau pramusajinya sendiri, yang rata-rata berwajah lumayan cantik.

Selama ini warung remang-remang tersebut banyak dijadikan tempat nongkrong sejumlah orang meski hanya sekedar untuk mengopi, dan menghilangkan stres. Namun, dalam perjalanannya, banyak pramusaji menawarkan diri untuk memberikan pelayanan plus-plus kepada para lelaki hidung belang.

Pelayanan plus-plus tersebut biasanya dilangsungkan di rumah kontrakan para pramusaji itu yang memang tidak jauh dari kawasan tersebut. Salah seorang pelayan, Sinta (19) mengakui hal tersebut.

”Kalau ada pelanggan yang mau dan berani, kita ada tempat kok. Ada rumah yang bisa disewa,” ungkap Sinta  tanpa beban.

Bagi tamu yang ingin pelayanan ekstra, biasanya sang tamu mengajak jalan sang pramusaji. kata Sinta, kalau harga cocok, tidak masalah, saya ikuti kemauan tamu itu, bang, kata dia.

Lanjut Sinta, biasanya dirinya tidak lantas diajak ke penginapan, saya biasanya di bawa ke daerah Puak dan Batu Kapal (tempat karoke ruangan tertutup menyajikan minuman beralkohol, yang lokasinya hanya 100 meter dari Masjid Agung Natuna).

Karaoke ini menurut Sinta ilegal dan tempatnya tidak tertata rapi, selayaknya tempat hiburan yang tertata rapi, ungkap Sinta polos. Menurutnya, ia siap saja memberikan pelayanan bila pelanggan setuju dengan harga yang ia tawarkan pas, kata sinta.

“Bila harga pas, bisa langsung tancap gas ke penginapan,” imbuh wanita berparas kulit sawo matang dan bertubuh mungil ini. Disinggung keberaniannya melayani pelanggan dengan mengajak ke hotel dan kontrakan pasca penertiban Warem (warung remang-remang) oleh Satpol PP beberapa waktu lalu, Sinta mengaku bila pelayanan ekstra itu sudah dilakukan sebelum ada penertiban. Ia juga mengaku tidak semua tamu yang datang ke warung berani ”main” begitu.

Mengenai praktik mesum oleh pelayan warung remang-remang ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Natuna kembali mendesak Pemkab dan juga pejabat berwenang untuk melakukan penertiban menyeluruh. Pasalnya, aktivitas yang dilakukan pramusaji tersebut akan merusak tatanan sosial di lingkungan masyarakat Natuna.

”Kalau mau ditertibkan, sebaiknya menyeluruh. Jangan yang hanya tampak di permukaan saja,” kata Ketua MUI Kabupaten Natuna, Daeng Rumaidi kepada batamtoday

Dia berharap, penertiban lokasi praktik mesum tidak hanya dilakukan di lokasi tertentu saja namun juga di lokasi-lokasi lainnya yang juga diduga menjadi tempat praktik mesum. Misalnya saja, café yang berdekatan dengan sarana ibadah di daerah Puak Ranai dan hotel kelas melati yang juga ditengarai menjadi tempat mesum,Ujarnya.

Sementara dr Sunarto  Kepala RSUD Kab Natuna menjelaskan, praktik prostitusi di Natuna sudah pada tahap memprihatinkan dan sudah ada beberapa kasus penderita HIV/AIDS yang ditemui di Kabupaten Natuna. Hal ini, menurut dia, menunjukan bahwa Natuna merupakan daerah yang tidak bebas dari HIV/AIDS. Karena itu,  kegiatan penyuluhan maupun sosialiasasi yang berkaitan dengan hal ini harus terus dilaksanakan.

Dijelaskanya, dari angka tersebut telah diindikasikan penyebaran HIV/AIDS di Natuna cukup tinggi. Apalagi dengan penyebaran virus tersebut bak fenomena gunung es yang nampak permukaanya saja. Padahal bila ditelisik jauh lebih dalam maka akan diketahui lebih banyak lagi penyebaran di sini.

Ia menambahkan, jumlah yang disampaikan masih bersifat sementara, karena tim Kesehatan kabupaten Natuna berkerja melakukan pemeriksaan terhadap PSK yang beroperasi di wilayah Natuna serta masyarakat peduli akan kesehatannya.

Untuk menanggulangi permasalahan ini diperlukan kerjasama yang baik dan peran masyarakat dengan selalu menanamkan dan membudayakan hidup bersih dan sehat sebagaimana yang telah dicanagkan oleh Pemerintah Kabupaten Natuna beberapa waktu yang lalu.

"Tidak ada kata terlambat untuk mencegahnya, sebelum virus tersebut menular lebih luas," Pungkas dia.
(Riky Rinovsky/TN)