Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peneliti Bakal Ciptakan Darah dari Sel Punca
Oleh : Redaksi
Jum'at | 06-06-2014 | 08:12 WIB

BATAMTODAY.COM - PALANG Merah Indonesia (PMI) sering mengalalami kelangkaan stok darah untuk pasien yang membutuhkan segera. Masalah kelangkaan ini bisa jadi akan teratasi jika peneliti berhasil menciptakan sel darah 'buatan' melalui rekayasa sel punca (stem cell).

Masalah kelangkaan stok darah ternyata tak hanya dialami di Indonesia. Namun layanan donasi di seluruh dunia bersusah payah memenuhi kebutuhan darah di rumah sakit atau untuk pembedahan.

Layanan Transfusi Darah Nasional di Skotlandia, misalnya, menerima donasi dari sekitar 4 persen populasi Inggris. Saat ini stoknya stabil, namun layanan ini selalu mencoba untuk merekrut donor baru.

Layanan ini juga mencari teknologi baru yang berpotensi untuk mengamankan suplai darah pada masa depan, termasuk 'darah buatan.'

Mark Turner, Direktur Medis Layanan Transfusi Darah, tengah meneliti bagaimana darah nantinya bisa disintesis. "Kami sudah tahu cukup lama bahwa memungkinkan untuk memproduksi sel darah merah dari apa yang disebut sel punca dewasa (adult stem cell), tapi dengan cara ini tidak dapat memproduksi darah dalam jumlah besar karena kapasitas sel untuk berkembang biak terbatas," jelasnya.

Yang bisa dilakukan ilmuwan, tambahnya, adalah mengambil turunan sel punca pluripotent (pluripotent stem cell), baik dari embrio (embryonic stem cell) maupun jaringan dewasa (adult stem cell). Sel-sel ini diproses di laboratorium untuk memproduksi sel dalam jumlah besar, ujar Turner kepada DW.

"Nantinya mungkin untuk memproduksi darah dalam jumlah besar, tapi masih berdekade lamanya," lanjutnya. "Saat ini, fokus kami adalah berupaya memproduksi sel darah merah yang memiliki jenis kualitas dan keamanan yang tepat, sehingga bisa digunakan untuk uji klinis pada manusia."

"Tugas yang kami hadapi yakni membawa proses yang berbasis laboratorium itu menuju lingkungan manufaktur yang skala kontrol kualitas dan pemenuhan aturannya jauh lebih besar."

Proses ini perlu dikontrol dengan lebih ketat, ucapnya, begitu juga dengan biaya produksi. "Tidak ada gunanya memproduksi jutaan sel darah seharga sejuta Poundsterling - tidak akan ada yang menggunakannya!"

Banyak negara maju yang memiliki cukup suplai darah untuk memenuhi kebutuhan warganya. Namun begitu banyak orang di seluruh penjuru dunia yang tidak punya akses terhadap suplai darah yang aman dan mencukupi.

Sekitar 50 persen darah yang tersedia di dunia dimanfaatkan oleh 15 persen populasi yang cukup beruntung untuk hidup di negara maju, kata Turner.

"Kurang lebih 150.000 perempuan setiap tahun meninggal akibat pendarahan postpartum - yakni pendarahan setelah melahirkan - dan banyak diantaranya bisa diselamatkan apabila negara mempunyai suplai darah yang mencukupi."

Bonus tambahan: sel punca yang dipakai riset tampaknya tidak bermasalah secara etis. "Sumber sel punca yang umum digunakan secara tradisional adalah embrio, namun ada pihak yang menentang pemakaian embrio untuk riset," papar Profesor John Harris dari divisi Bioetika Universitas Manchester.

Ia menambahkan bahwa kekhawatiran tersebut tidak berlaku bagi teknologi ini karena sel-sel bukan berasal dari embrio tapi bersumber dari sel kulit orang dewasa.

Sang profesor menjelaskan bahwa sel-sel diprogram ulang menuju keadaan pluripotent, yakni keadaan sebelum sel berspesialisasi. Pada tahap tertentu, mereka mulai memiliki spesialisasi dan menjadi bagian tubuh, ungkapnya.

"Yang disebut darah buatan ini tidak artifisial tentunya, karena darah diproduksi dari sel manusia."

Profesor Harris tidak melihat adanya masalah dengan metode ini. Darah yang nantinya diproduksi massal dapat digunakan di seluruh dunia, bahkan untuk merawat mereka yang mungkin mempunyai kekhawatiran etis atau religius mengenai riset sel punca tradisional. (*)

Sumber: Deustche Welle