Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dialog dengan Menteri Perdagangan

Forum Ekspor Berubah Jadi Diskusi Soal Impor
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-05-2011 | 12:16 WIB
mari2-edit.gif Honda-Batam

Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, dan Wakil Menteri Perdagangan (berkacamta), memberikan keterangan pers seusai Dialog Forum Ekspor di Turi Beach, Nongsa, Batam, Jumat 13 Mei 2011. (Foto: Deniz).

Batam, batamtoday - Dialog antara Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dengan pelaku usaha, badan kawasan dan pemerintah di kawasan BBK (Batam, Bintan dan Karimun), di Turi Beach Nongsa , Batam, Jumat 13 Mei 2011, yang semula digagas sebagai dialog forum ekspor, berubah menjadi diskusi dan ruang curhat untuk melancarkan masuknya barang-barang impor.

Demikian dikatakan sumber batamtoday seorang pengusaha yang juga turut dalam dialog Forum Ekspor itu.

"Forum itu kan sebenarnya Forum diskusi untuk membahas kendala dan sekaligus mencari solusi bagi peningkatan ekspor Indonesia. Namun nyatanya, forum  berubah menjadi forum diskusi bagaimana meningkatkan impor," kata sumber sambil tertawa dalam kesempatan coffee morning di Hotel Golden View, Batam, Sabtu, 14 Maret 2011.

Namun sumber memahami mengapa hal itu bisa terjadi, karena kan Batam, Bintan dan Karimun adalah kawasan FTZ (free tarde zone), jadi semangat pemerintah dan pengusahanya adalah semangat pelabuhan bebas dan perdagangan bebas, kata sumber.

Jalanya Dialog

Dalam diskusi tersebut, kata sumber mencontohkan, ketua Apindo Kepri ,Ir Cahya, dan Deputi II Badan Pengusahaan (BP) Batam, Fitra Kamaruddin, dan wakil pemerintahan Kabupaten Bintan, meminta Mari Elka agar mempermudah masuknya barang-barang dari luar kawasan BBK.

"Seharusnya, barang-barang masuk ke Batam dipermudah, karena kalau tidak dipermudah, penyelundupan menjadi marak, " kata sumber batamtoday mengutip ucapan Ketua Apindo Kepri, Ir. Cahya.

Menurut Cahya, kawasan BBK sudah ditetapkan sebagai kawasan FTZ (free trade zone), tetapi sejak ditetapkanya sebagai kawasan FTZ, Batam malah semakin tidak kompetitif.

"Kita ingin membuat Batam kompetitif, tetapi kalau barang masuk dipersulit, bagaimana mungkin. Mal di Batam juga bertumbangan satu-satu, karena isinya sama saja dengan Mal-Mal yang ada di kota-kota lain di Indonesia," tambah Cahya.

Sementara Deputi II Badan Pengusahaan (BP) Batam, Fitra Kamaruddin, kata sumber, mengeluhkan larangan impor ikan beku dan juga telur.

"Batam membutuhkan 400 ton ikan beku per bulanya, bu menteri," kata sumber mengutip curhat Fitra kepada Mari Elka.

Sementara itu, perwakilan pemerintah kabupaten Bintan, berharap Mari Elka dapat memperjuangkan agar impor atas limbah Cover slag diperbolehkan. karena ada Perusahaan di wilayahnya yang bergerak dalam usaha service pembersihan limbah dan juga pengecatan kapal.

"Limbah itu tidak masuk kategori limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3), bu," kata wakil pemerintah Bintan itu.

Dalam dialog tersebut Mari Elka didampingi Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar, dan sejumlah staf ahlinya, dan hadir Wakil Walikota Batam, Rudi, Perwakilan Pemerintah Bintan dan Karimun, Sejumlah Deputi dari BP Batam, perwakilan Bea Cukai Batam, Apindo, Kadin, dan juga pelaku usaha.

Saat membuka dialog, Menteri Perdagangan selaku Ketua Pokja PEPI (Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi), mengatakan pertemuan hari itu diharapkan menjadi ruang sharing dan ruang curhat untuk meningkatkan ekspor.

"Yaa, walau ada libur nasional 4 hari, kita pakai liburan ini untuk dialog, atau istilahnya curhat, bagaimana biar angka ekspor kita meningkat," kata Mari.

Namun, hanya dalam hitungan menit, materi diskusi sudah bergeser ke arah bagaimana meningkatkan impor, kata sumber.