Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penderita HIV/AIDS Meningkat, Gelper Semakin Marak

Gebrak dan Jadi Mapan Desak Pemkot Batam Tertibkan Panti Pijat dan Gelper
Oleh : Andri Arianto
Senin | 25-04-2011 | 09:09 WIB

Batam, batamtoday - Meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di Batam yang mencapai 32 persen menyulut pertanyaan masyarakat tentang peran Dinas Sosial (Dinsos) di Batam selama ini.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jaringan Diskusi Masyarakat Peduli Negara (Jadi-Mapan) merupakan salah satu elemen masyarakat yang mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi tersebut. Ketua Jadi Mapan, Raymond Angguna Langgini kepada batamtoday, Senin 25 April 2011 menegaskan kepada pihak pemerintah agar segera melakukan proteksi terhadap menjamurnya titik-titik prostitusi di Batam, terutama yang berkembang di kawasan intensitas publik.

Selama ini, kata Raymond praktek pelacuran di Batam seolah tak menjadi target bagi pemerintah dalam pemberantasannya. Padahal, masih katanya, jika praktek tersebut terus dibiarkan berkembang, maka secara perlahan Batam akan jadi kota maksiat.

Jadi Mapan sendiri, kata pria kelahiran jakarta ini sejauh ini telah mencatat jumlah usaha jasa yang berorientasi pengerusakan moral masyarakat di Batam terbilang mengalami peningkatan bulan per bulan.

Untuk bisnis pelacuran berkedok panti pijat saja di pulau Kalajengking ini telah mencapai ratusan titik baik di tengah kota maupun yang di pinggiran. Sedangkan untuk bisnis judi berkedok Gelanggang Permainan (Gelper) Jadi Mapan mencatat peningkatan jumlah titik yang signifikan di banding dua bulan sebelumnya yakni pada April mencapai 40 titik.

Raymond juga mengungkapkan bahwa untuk kedua bisnis tersebut relatif cukup mulus pertumbuhannya di Batam, sebab terindikasi adanya "uang setoran pengamanan" untuk pihak-pihak yang dirasa memiliki kekuatan melakukan penutupan.

"Kami minta sebaiknya pemerintah cepat tanggap untuk persoalan maksiat di Batam yang semakin tinggi," tegas Raymond.

Tak berbeda, LSM Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak) justru lebih berapi-api mendesak pemerintah untuk transparan terhadap pengelolaan keuangan daerah dan bantuan pemerintah pusat untuk urusan sosial kemasyarakat tersebut.

Peningkatan angka penderita HIV/AIDS itu, lanjut Uba, menggambarkan betapa lemahnya koordinasi pemerintah daerah dan pusat untuk penggiatan titik nol penderita HIV/AIDS di Batam.

"Mereka (Pemerintah) sepertinya menganggap hal itu kurang penting," kata Uba ketika dihubungi batamtoday.

Tidak itu saja, Gebrak kata Uba tidak melihat kinerja positif dalam hal pencegahan menyebarnya penyakit tersebut, ditambah lagi lemahnya database pekerja seks komersial (PSK) yang pasti.

Uba berharap pemerintah mulai ah untuk melakukan pembahasan intensif dengan legislatif soal pertumbuhan penyakit menular yang sangat dikhawatirkan masyarakat tersebut. Menurut hematnya, penegasan pemerintah harus dalam tataran kebijakan, sehingga publik dapat secara jelas mengetahui batasan-batasan dan titik-titik waspada HIV/AIDS dengan jelas.

Ketika ditanya mengenai maraknya aktifitas judi berkedok gelper, Gebrak kata Uba, dari awal tidak menyetujui pengembangan usaha sejenis itu di Batam. Dinas Pariwisata (Dispar) sebaiknya belajar kembali di "Bangku Sekolah" untuk mengasah ide menjadikan suatu kawasan yang ideal untuk wisata.

Gelper yang dipastikan berunsur judi itu, kini lanjut Uba sudah berbaur dengan permainan anak-anak, sehingga tanpa disadari penguatan moral negatif akan secara perlahan berimbas tanpa disadari pemerintah.

"Gelper dan Panti Pijat itu bisa hidup karena jadi pemasukan buat aparat dan kelompok-kelompok tertentu yang tidak perduli dengan moral bangsa," tukas Uba.

Baik Gebrak maupun Jadi Mapan, kedua-duanya bersuara senada meminta kepada pemerintah untuk segera bertindak cegah penularan penyakit HIV/AIDS di Batam dan segera menutup "Judi berkedok Gelper".

"Kami berharap aparat dan Pemerintah bisa mendengarkan aspirasi mengerti keinginan masyarakat mayoritas. Atau mungkin masyarakat yang akan mencoba mengatur kehendaknya sendiri, jika memang hukum di negeri ini (Indonesia) sudah tidak bisa objektif," tegas Uba.

Selama triwulan I 2011, jumlah penderita HIV/AIDS bertambah 85 orang dan 33 diantaranya dipastikan positif AIDS. Secara total pengidap AIDS di Batam mencapai 164 orang, seperti kemukakan Pieter Pureklolong, Kepala Komisi Perlindungan AIDS Kota Batam.