Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pelihara Ikan Guppy, Cara Murah Berantas Demam Berdarah
Oleh : Redaksi
Senin | 16-09-2013 | 09:29 WIB
5374627f1b24ebfec39ae3dba74f39d9f3b1d13.jpg Honda-Batam
Ikan guppy.

BATAMTODAY.COM, Manila - Jangan pernah abaikan keberadaan ikan hias guppy atau ikan seribu. Selain murah dan sanggup menelurkan banyak anak, ikan berekor indah ini ternyata doyan mengudap jentik nyamuk.

Melihat perpaduan itu, tak aneh rasanya jika peneliti terpikat pada guppy. Peneliti berharap ikan kaya warna dengan bentuk ekor serupa putri duyung itu dapat menumpas demam berdarah dengue (DBD).

Bagaimanapun, DBD bukan penyakit ringan. DBD membunuh sekitar 20 ribu orang sedunia secara tahunan, dan tahun ini bahkan menghantui sebagian Asia Tenggara.

"(Penggunaan guppy] merupakan cara yang aman dan murah untuk mengurangi penyebaran demam berdarah sepanjang tahun. Seluruh masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses ini," papar spesialis kesehatan Bank Pembangunan Asia, dr. Gerard Servais, kepada wartawan di Manila, Kamis.

Guppy menawarkan alternatif atas penggunaan bahan kimia. “[Guppy] dapat mengurangi skala aksi tanggap darurat 

Yang jelas, guppy telah memikat pemerintah Kamboja dan Laos. Kedua negara itu melakukan studi yang didanai Bank Pembangunan Asia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Proyek berbasis komunitas yang dilakukan di dua distrik di Kamboja dan Laos itu berlangsung sejak 2009 hingga 2011. Hasilnya, pemerintah menemukan populasi jentik nyamuk di tangki air menurun tajam sesudah metode guppy diperkenalkan.

Berdasarkan kajian, memelihara guppy dalam stoples berisi air dan wadah besar lainnya dapat menjadi pengendali biologis yang sukses. Thailand dan Kamboja sudah memulai upaya itu, sebut laporan kajian itu.

DBD menyebabkan gangguan persendian yang parah disertai nyeri otot, sakit kepala, demam tinggi, dan dapat berakibat fatal. Selain rasa sakit pada badan, demam berdarah juga memaksa korban mengeluarkan biaya perawatan yang tak murah. DBD akhirnya berdampak pada pariwisata dan dunia usaha.

Sementara ini, pengobatannya terbatas pada cairan pengganti makanan dan waktu istirahat yang lebih banyak. Kepada The Wall Street Journal, dr Pauline Jean Ubial dari Departemen Kesehatan Filipina menyatakan WHO sedang mempersiapkan vaksin yang mulai tersedia awal tahun mendatang.

Bagaimanapun, guppy tetap memiliki peran yang penting. Kalaupun vaksin sudah tersedia, banyak orang tak sanggup membelinya.

Guppy, yang bernama Latin Poecilia reticulata, merupakan ikan asli Amerika Selatan. Guppy kini juga dapat ditemukan di telaga-telaga Asia. Di beberapa negara, guppy dikembangbiakkan sebagai pakan bagi ikan yang lebih besar. Selain itu, guppy juga dipelihara sebagai ikan hias di kolam atau akuarium.

Panjang guppy dewasa bisa mencapai enam sentimeter. Ikan guppy betina mampu menelurkan 40 hingga 50 bayi, sesudah melewati masa kehamilan selama satu bulan. Guppy berkembang biak sepanjang tahun.

Yang terpenting untuk dicatat, guppy begitu menyukai jentik nyamuk. Di Kamboja, guppy bisa melahap rata-rata 102 jentik nyamuk per hari. Guppy yang dijual di toko satwa Manila dibanderol 50 sen per ekor.

Menurut Servais, sekitar 2,5 miliar warga sedunia berisiko terjangkit DBD. Lebih dari 70% di antara mereka tinggal di Asia-Pasifik. (*)

sumber: The Wall Street Journal