Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

40.000 Ibu Rumah Tangga Tertular HIV Aids
Oleh : Redaksi
Rabu | 01-12-2010 | 11:56 WIB

Jakarta, Batamtoday - Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Nafsiah Mboi, Rabu (01/12/2010) di Jakarta mengatakan jumlah perempuan yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dengan cepat. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 40 ribu ibu rumah tangga yang  terkena HIV AIDS karena tertular dari suami mereka. Menurut Nafsiah, hal ini sangat menyedihkan

Pemicu penularan HIV AIDS terbesar sampai saat ini, menurut data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional adalah hubungan seksual yang berisiko. Sebanyak 3,1 juta pria merupakan penikmat seks bebas, lalu 800 ribu lainnya berhubungan seksual sesama jenis. Sedangkan, 230 ribu pengidap terjangkit melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian.

Dilihat dari usia, pengidap AIDS paling banyak terjadi pada kelompok produktif yaitu dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun, disusul kelompok umur 30 hingga 39 tahun.

Nafsiah Mboi mengatakan cara penularan yang paling banyak adalah hubungan seks heteroseksual yaitu sebanyak 51 persen. Untuk itu, pihaknya akan terus mempromosikan kondom untuk perempuan sehingga perempuan dapat terlindungi.

Pemakaian kondom termasuk cara yang cukup efektif untuk melindungi seseorang dari penularan HIV/AIDS.

“Kita mulai melakukan pelatihan-pelatihan, kita impor kondom perempuan sehingga perempuan bisa melindungi dirinya,” kata Nafsiah Mboi.

Salah seorang ibu rumah tangga yang terkena HIV, Dewi Nurani, mengaku sedih dan kecewa ketika mengetahui dirinya telah mengidap HIV. Ibu tiga anak ini tidak menyangka virus mematikan itu akan menyerangnya, padahal ia tidak pernah mengkonsumsi narkoba ataupun melakukan seks bebas.

Dewi mengetahui dirinya terkena positif HIV saat mengandung putri ketiganya. Ia pun mengikuti program PMTCT  atau pencegahan penularan  HIV dari ibu ke bayi. Selama mengikuti program ini  ia minum HRV. Putri ketiganya yang lahir melalui persalinan Caesar pun terbebas dari HIV.

“Pasti satu kesel yah gitu, kok bisa saya kena sedangkan saya kan tidak menggunakan drug, melakukan seks hanya dengan suami saja, kok bisa kena. Ternyata memang dari suami,” ungkap Dewi Nuraini.

Sementara itu, pengamat kesehatan dari Universitas Indonesia, Adang Bachtiar menyatakan kurangnya dana yang dimiliki pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS juga menjadi salah satu penyebab peningkatan jumlah pengidap HIV AIDS di Indonesia.

“Konstribusi nasional untuk program tersebut mestinya makin meningkat dari tahun ke tahun. Eskalasi anggaran nasional, hal itu tidak terjadi, kemudian ketergantuan dari asing masih tetap terjadi,” kata Adang Bachtiar.

Adang Bactiar menambahkan dana untuk penanganan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 70 persen berasal dari bantuan asing dan sisanya dari pemerintah.