Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Pengungsi Rohingya di Rudenim Tanjungpinang

Saya Ingin Buka Restoran di Negara Ketiga
Oleh : Agus/Dodo
Selasa | 07-08-2012 | 16:54 WIB

TANJUNGPINANG, batamtoday - Wajah Zainal Muhammad Alam (40) seketika tampak berbinar saat telinganya mendengar sebuah kabar bahwa dirinya mendapatkan status pengungsi (refugee) dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).


"Alhamdulillah, ini kabar baik dari Tuhan dan merupakan penantian panjang saya," kata Zainal, saat ditemui batamtoday di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang, Selasa (7/8/2012).

Pria yang terlahir sebagai suku Rohingya di Myanmar itu, mengaku telah memimpikan status pengungsi itu sejak meninggalkan tanah kelahirannya yang dilanda konflik politik dan sosial.

Kebulatan tekadnya meninggalkan Myanmar, didasari ingin mendapatkan kehidupan layak sebagai manusia sesuai dengan hak asasinya. Bukan hal yang gampang dia lalui saat meninggalkan negara junta militer itu.

"Saya pernah berjalan kaki selama berminggu-minggu melalui hutan belantara dari Thailand untuk masuk ke Malaysia," ujarnya dengan mata menerawang.

Berhasil memasuki Malaysia, masih saja dirinya bersama dengan sejumlah rekannya harus 'bergerilya' di Negeri Jiran itu. Selama sekitar 15 tahun, sejak 1997, Zainal harus pandai mempertahankan diri sebagai warga negara ilegal.

Berbagai pekerjaan dia lakukan secara sembunyi-sembunyi. Mulai dari pengepak barang, tukang kebun, koki maupun sebagai kuli kasar dia lakoni. Menariknya, meski berstatus ilegal, Zainal tak lupa memelajari adat istiadat setempat sehingga dia bisa menyesuaikan diri dan diterima dengan baik oleh warga setempat.

"Selama di Malaysia, saya juga terus mencari informasi mengenai tata cara mendapatkan status pengungsi dari PBB. Saya banyak berkomunikasi dengan saudara-saudara sesama Suku Rohingya yang telah berhasil lolos ke negara ketiga seperti Australia dan Kanada," kata Zainal yang kini fasih berbahasa Melayu.

Pada September 2011, Zainal akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Malaysia menuju Indonesia. Berbekal uang secukupnya, dia bersama puluhan warga Myanmar lainnya masuk melalui Batam secara ilegal dengan dikoordinir oleh seseorang yang tak mau dia sebutkan namanya.

"Saya habis ribuan Ringgit untuk masuk ke Batam," kata dia.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Zainal yang merapat di sebuah pelabuhan tak resmi di kawasan Nongsa, Batam, ditangkap oleh aparat Imigrasi Indonesia bersama beberapa rekannya. Setelah sempat diinapkan di sebuah hotel, dirinya akhirnya dikirim ke Rudenim Tanjungpinang.

10 bulan lamanya dia menghuni Rudenim bersama dengan ratusan imigran gelap dari berbagai negara seperti Myanmar, Afghanistan, Pakistan, Srilanka dan lainnya.

Hari demi hari dilalui dengan penuh kebosanan. Meski demikian, Zainal tetap optimis dirinya akan mendapatkan status pengungsi dari PBB, seperti halnya yang diidamkan imigran lainnya. 

Impian dan doanya mendapatkan jawaban. Pada pekan lalu, Zainal dikabari kalau dirinya menjadi salah satu dari puluhan imigran gelap yang mendapatkan status pengungsi dan akan ditempatkan ke negara ketiga.

"Saya bersama yang lain akan dikirim ke Medan untuk mendapatkan pembekalan dari Internastional Organization for Migrant. Saya rencananya akan dikirim ke Australia atau Kanada," ucap dia gembira.

Berbagai keinginan sudah terbesit di sanubarinya jika telah ditempatkan di negara ketiga. Namun hal utama yang akan dilakukannya adalah membangun pondasi ekonomi bagi dirinya sebelum menarik keluarganya yang tersisa di Myanmar.

Zainal mengaku memiliki satu keahlian dalam memasak. Beberapa jenis masakan khas Myanmar dia kuasai sehingga dia memutuskan akan membuka restoran khas Myanmar di negara ketiga kelak.

"Saya ingin buka restoran khas Myanmar," ujarnya mantap.

Zainal berharap keberadaan dirinya di negara ketiga nanti, dapat menjadi kunci pembuka untuk mengumpulkan kembali keluarganya yang tercerai berai di Myanmar.


Seperti diberitakan sebelumnya, 36 imigran penghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang yang mendapatkan status pengungsi (refugee) menuju ke negara ketiga akan segera direlokasi ke Rudenim Medan, Sumatera Utara usai Lebaran nanti.  

"Nanti yang mengurusi di Medan adalah International Organization for Migrant (IOM) yang memiliki penampungan di sana," kata Syafrial, Kabid Penempatan, Keamanan, Pemulangan dan Deportasi Rudenim Tanjungpinang kepada batamtoday, Senin (6/8/2012) kemarin.

Syafrial merinci ke-36 imigran yang akan direlokasi ke Medan, antara lain 19 pengungsi Rohingya asal Myanmar dan 27 imigran asal Afghanistan. Para imigran yang sudah berstatus refugee ini akan diberi pembekalan oleh IOM mengenai cara kerja, budaya dan adat istiadat di negara ketiga.

Selain ke-36 imigran yang akan dikirim ke Medan, Rudenim Tanjungpinang juga tengah mempersiapkan 63 imigran asal Myanmar dan Afghanistan untuk segera dikirim ke Jakarta dan Bogor jika status refugee telah mereka kantongi.