Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aktivis 98 Kembali Konsolidasi Ingin Tuntaskan Reformasi
Oleh : Tunggul Naibaho
Sabtu | 19-02-2011 | 10:16 WIB

Batam, batamtoday - Aktivis 98, Penumbang rezim Suharto dan Penegak Era Reformasi, kini mulai mengkonsolidasikan diri kembali, karena kecewa melihat pemerintahan SBY-Boediono yang tidak memenuhi janji-janji kampanyenya pada tahun 2009.

Forum Alumni Independen Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia (FAI-KM UKI) dalam rilisnya kepada batamtoday Sabtu 19 Februari 2001 menyatakan kecewa dengan sikap SBY yang tidak merespon seruan para tokoh lintas agama yang meminta pemerintahan untuk segera menghentikan kebohongan-kebohongan publik yang dilakukan SBY selama ini, baik atas persoalan politik, pertumbuhan ekonomi, dan juga penegakan hukum, terutama dalam hal pemberantasan korupsi.

"di Iran dan di Mesir, jika ulama dan para tokoh agama turun, rezim pasti turun. Kalau di Indonesia, para tokoh lintas agama kan hanya sekedar menegur, menyeru secara moral, tetapi kenapa tidak digubris. Itu kan berarti pemerintah DAN sby tidak sungguh-sungguh menghormati ulama. Apa jadinya, kalau begini?" kata Kodong salah seorang aktivis 98 dari FAI-KM UKI.

"Jika pemerintah tidak merespon positip seruan para ulama dan tokoh agama lintas agama itu, biarlah kami yang merespon seruan mereka. Karena kami tahu para tokoh agama itu tulus hati dan tidak punya motif politik apa-apa," tegas Kodong.

Karenanya, lanjut Kodong, untuk merespon seruan para tokoh agama itu, FAI-KM UKI siap menjadi inisiator untuk mengkonsolidasikan kembali para aktivis 98, agar kembali merapatkan barisan, untuk menuntaskan agenda reformasi yang sempat dicolong di tikungan, oleh para 'reformis tikungan'.

"Kita sudah kontak kawan-kawan aktivis 98, kita akan tuntaskan reformasi," tandas Kodong, sambil menambahkan bahwa pemerintahan SBY-Boediono tidka bisa diharapkan lagi.

FAI-KM UKI juga meminta Tokoh-Tokoh Lintas Agama untuk terus melakukan kritik-kritik moral terhadap rezim yang tidak berpihak kepada Rakyat, dan terus memimpin gerakan-gerakan moral dalam rangka menjaga benteng kedaulatan rakyat.

FAI-KM UKI juga menyatakan kutukan atas terjadinya tindak kekerasan dan kerusahan di Cikeusik, Banten dan juga di kota tembakau Temanggung yang terkenal tenang. Dalam peristiwa tersebut, di Banten 4 warga Ahmadiyah tewas, dan di Temanggung 2 gereja dibakar dan satu gereja lagi dirusak, demikian juga dengan sekolah dan beberapa mobil.

Atas kedua peristiwa tersebut, FAI-KM UKI menilai negara gagal menyelamatkan warganya, dan membiarkan kekerasan terjadi, dan membuat semangat pluralisme kembali ke titik nadir.

Kedua kerusuhan dan tindak kekerasan tersebut, menurut FAI-KM UKI, agak aneh, karena kedua persitiwa terjadi nyaris berbarengan, dan terjadi sekitar seminggu setelah pernyataan para ulama dan tokoh lintas agama menyebut pemerintah SBY sering: berbohong!