Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Batam Harapkan Moda Transportasi yang Lebih Manusiawi
Oleh : Dodo
Selasa | 31-07-2012 | 13:20 WIB
taksi_singapura.jpg Honda-Batam
Taksi di Singapura yang nyaman dan manusiawi.

BATAM, batamtoday - Aksi mogok yang digelar oleh ratusan pengemudi taksi di Batam memang menggangu aktivitas warga. Beberapa warga mencoba menyampaikan uneg-unegnya kepada batamtoday, Selasa (31/7/2012).


Seperti Luseria Panjaitan (37), warga Batuaji, mengatakan aksi mogok para sopir taksi saat ini memang dirasa mengganggu aktivitas dirinya maupun warga lainnya.

"Tadi mau ke Tiban susah mendapatkan angkutan karena gak ada taksi," kata dia.

Menurutnya, selama ini taksi menjadi salah satu angkutan andalan ketika dirinya hendak beraktivitas kerja di Tiban mengingat tak ada Metrotrans maupun angkutan selain taksi yang melewati kantornya dari Batuaji.

Dalam sehari, dia mengaku bisa merogoh kocek hingga Rp30 ribu untuk pulang pergi dari Batuaji ke Tiban, bahkan terkadang lebih. 

"Kadang kalau sudah agak malam, para sopir taksi sering pasang tarif seenaknya," kata dia.

Alhasil, kondisi tersebut terpaksa dijalaninya bertahun-tahun lantaran tidak ada kebijakan transportasi massal yang benar-benar berpihak ke konsumen.

Hal yang sama juga disampaikan Fadli (38), seorang profesional muda yang tinggal di kawasan Batam Centre. Menurutnya, manajemen pertaksian di Batam sudah saatnya harus dibenahi.

"Saya pernah punya pengalaman saat menjemput kerabat saya di Bandara Hang Nadim, tarif taksi dipatok Rp60 ribu hanya untuk mengantarkan penumpang ke Dotamana. Darimana logikanya, jarak bandara ke Dotamana tak sampai 5 kilometer," ujarnya.

Hal ini, lanjutnya, bisa menjadi preseden buruk di mata para wisatawan lokal maupun manca negara yang mengunjungi Batam, lantaran bea transportasi taksi yang melebihi Jakarta.

"Sudah luar biasa kondisi taksi di Batam. Sudah tarif main tembak, mahalnya gak ketulungan," kata dia sambil geleng-geleng kepala.

Baik Luseria maupun Fadli mengharapkan wajah pertaksian di Batam ini berubah menuju ke sistem yang lebih profesional dan manusiawi.

"Seharusnya seperti itu, tapi kadang mereka (operator taksi lama) yang kadang tak mau berubah," kata Luseria.

Luseria juga menyoroti pemerintah yang selama ini hanya menerapkan kebijakan seremonial mengenai aturan kewajiban penggunaan argo namun secara pelaksanaan juga nol besar.

Sedangkan Fadli menilai bukan hanya taksi saja yang perlu dibenahi melainkan hampir semua moda transportasi di Batam ini juga perlu menampilkan wajah yang memanusiakan para penumpangnya.

"Benahi juga transportasi seperti Bimbar, Metrotrans maupun bus pilot project itu. Pengaturan trayek juga harus diperjelas dan konsisten dalam penerapannya. Contohlah Singapura dalam menerapkan manajemen transportasi massal," kata dia.

Menurutnya, bukan hanya pemerintah saja yang harus bertanggung jawab dalam mewujudkan sistem transportasi yang manusiawi, namun juga para pengusaha transportasi di Batam.