Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tanpa Drama, Hadapi Corona dengan Gembira!
Oleh : Saibansah
Selasa | 29-06-2021 | 14:04 WIB
A-HENDRO-BASUKI.png Honda-Batam
Ketua Bidang Pendidikan Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Hendro Basuki. (Foto: Ist)

LIMA hari melawan Covid-19 yang telah bersarang di tubuhnya, tak membuat pria ini harus berdrama. Justru, ia menghadapi serangan virus ini dengan tetap gembira. Bagaimana wartawan senior Hendro Basuki melewati lima hari dengan Covid-19? Berikut testimoninya.

Kamis, 24 Juni 2021, pagi-pagi, Ketua Bidang Pendidikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Hendro Basuki melakukan tes antigen. Di sebuah klinik, antrenya minta ampun. Ini prosedur rutin sebelum naik pesawat. Karena dia akan menjalankan tugas menguji UKW (Uji Kompetensi Wartawan) di Sulawesi Selatan.

Di rumah, hanya kami berdua. Saya dan anak laki laki. Saya lebih banyak beraktivitas dalam rumah, anak lanang lebih banyak keluar.

Pada awalnya, suhu tubuh anak saya tinggi pada Rabu 23 Juni 2021. Biasanya minum satu dua panadol langsung turun panas. Sudah minum tiga butir pil, eh masih tetap saja tinggi.

Dan, yang bikin 'kesal' ternyata hasilnya positif. Saya tidak merasakan apa-apa. Suhu tubuh normal, nafas baik-baik saja, tenggorokan juga tidak merasakan apa-apa.

Begitu saya positif, saya yakin anak saya juga positif. Berarti memang dapat giliran. Alhamdulillah dapat arisan!

Saya sama sekali tidak panik. Sangat santai. Masih mendengarkan musik, mendendangkan lagu kesukaan saya.

Yang pertama saya lakukan adalah mempersiapkan mental untuk tidak mengeluh. Bahwa seandainya pun panas tubuh meninggi, saya akan tetap bernyanyi.

Benar. Jumat, 25 Juni 2021, seluruh tulang terasa linu. Anak saya juga. Lari ke apotik. Cari obat linu tulang. Dapat. Glucosamine MPL 500 mg. Cukup dua butir linu menghilang.

Bahkan, anak saya hanya butuh satu butir. Tapi suhu tubuh tetap tinggi. Saya yakin obat turun panas nggak banyak pengaruh. Maka saya perbanyak minum air putih.

Saya minum Kangen Water ph 9,5. Setidaknya karena Kangen micro cluster, maka akan lebih cepat diserap tubuh. Terus menerus saya gelontor.

Nafsu makan mendadak hilang, dan perut terasa tidak nyaman. Saat buang air besar (maaf) seperti banyak gelembung. Pikiran saya teringat almarhumah istri saya punya punya riwayat typus.

Kalau pas kumat, kotorannya bergelembung. Lalu, Sabtu 26 Juni 2021 saya minta tolong teman untuk membelikan cacing yang biasa untuk obat typus di Pecinan Semarang. Murah. Sebungkus cuma Rp 30.000.

Setelah saya bersihkan, cacing saya masak. Tos dengan anak saya. "Bismillah, sembuh, nak," kata saya sambil tertawa menempelkan kedua gelas.

Kira-kira dua jam kemudian, perut terasa longgar, dan malam ketika buang air besar sudah tak nampak ada gelembung. Berarti tidak salah, pikir saya.
Saya ulangi sekali lagi.

Minum menjelang tidur. Alhamdulillah, Minggu pagi 27 Juni 2021 tubuh sudah tidak panas lagi. Rasa gemetar juga sudah hilang. Tetapi muncul batuk, dengan riak yang tidak terlalu kental.

Terhadap batuk paling heboh sekali pun saya punya resep sendiri. Di halaman depan rumah, ada sirih merah. Saya ambil tiga daun, lalu saya tuang air panas. Tunggu sebentar. Lalu kuminum saat hangat hangat kuku. Mereda seketika.

Oh iya, sejak Sabtu pagi saat perut masih kosong, saya minum propolis. British Propolis, kiriman adik saya.

Ketika saya terpapar, anak saya yang di Jakarta mengirim bermacam-macam obat dan vitamin. Jumlahnya banyak kali. Baru ngeliat jumlahnya saja sudah 'mblenger'. Tidak kusentuh sama sekali.

Senin 28 Juni 2021 sore hari, saya memanggil kolega lama saya ke rumah. "Dok, kok badanku sudah terasa enakan, tolong di antigen ya," pinta saya.

Dan, hasil test nya ternyata...NEGATIF! Alhamdulillah. Negatif tanpa drama!

Kunci pertama menurut saya, tidak grogi. Anggap saja dapat arisan. Alhamdulillah. Tidak usah grogi mendengar kabar bahwa terpapar covid19 itu harus melewati fase setengah mati, setengah hidup. Prek!

Berikan senyuman saja. Kami berdua malah membicarakan makanan yang enak-enak. "Nanti kalau sembuh, kita makan di sana, mas," kata saya kepada anak.

"Pulang Blora sik pah. Kita makan sate paling enak seduniaaa," jawab anak saya. Dan, kami pun hari-hari penuh tawa.

Kedua, jangan telat minum air putih. Jika tak ada Kangen Water ph 9,5, maka minum air hangat. Jangan dingin.

Ketiga, saya minum air rebusan cacing yang biasa dipakai obat typus. Dan, terakhir untuk injeksi vitamin saya minum propolis.

Isolasi mandiri di rumah secara psikologis juga banyak mempercepat pemulihan. Tidak ada ketegangan mental sama sekali. Tentu beda dengan di rumah sakit. Dengar tetangga kamar meninggal tentu teror tersendiri.

Sekarang, tinggal pemulihan karena masih ada sedikit batuk.

Salam sehat, tetap ketat Prokes

Editor: Saibansah Dardani