Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Testimoni Penyintas Covid-19 di Tanjungbalai Karimun Kepri

Isoman Rasa 'Tahanan Rumah', Saatnya Membangun Kembali Gotong Royong
Oleh : Saibansah Dardani
Kamis | 03-06-2021 | 14:20 WIB
A-Puskesmas_karimun.jpg Honda-Batam
Puskemas Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun. (Foto: Freddy)

HARI ini, Kamis, 3 Juni 2021, Fredy, seorang warga Meral Karimun mengakhiri 14 hari masa Isoman-nya di rumah. Tapi, seminggu pertama, Isoman itu serasa menjalani tahanan rumah. Bagaimana kisah Fredy menjadi 'tahanan rumah' itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Dua minggu lalu, Fredy mengantarkan istrinya ke Puskesmas Meral di Karimun. Karena ia mengeluh indera penciumannya menurun. Curiga terpapar Covid-19, maka Fredy pun memutuskan untuk segera melakukan cek swab antigen dan pemeriksaan medis di Puskesmas.

Ternyata benar. Setelah dicek, istrinya positif Covid-19. Lalu, atas kesadaran sendiri, ayah dua orang anak ini pun memeriksakan dirinya sendiri. Meskipun ia tidak merasakan ada gejala gangguan kesehatan yang mengarah ke Covid-19. Hasilnya? Positif.

"Pemeriksaan itu atas kesadaran sendiri, karena saya meyakini, jika kita bisa mendeteksi virus lebih awal, maka proses penyembuhannya pun akan lebih mudah, dibandingkan kalau sudah terlambat," ujar Fredy kepada BATAMTODAY.COM, Kamis, 3 Juni 2021.

Keputusan warga Karimun ini untuk mengambil tindakan cepat itu, juga dilakukan demi rasa cintanya kepada putri bungsunya yang masih belum masuk usia sekolah itu. Sehingga, wartawan senior itu pun harus ekstra hati-hati menjaga, jangan sampai 'virus dunia' menular ke putrinya.

"Anak saya masih kecil, jadi kami berdua harus ekstra hati-hati, jangan sampai dia pun terpapar Covid-19," tambahnya.

Tapi, sejak menjalani Isoman bersama istrinya dari 20 Mei sampai 3 Juni 2021, pada minggu pertama Fredy lebih merasa dirinya sebagai seorang 'tahanan rumah'. Apa pasal?

Karena wartawan senior itu tidak hanya harus memikirkan bagaimana proses pemulihan kesehatan diri dan istrinya saja. Tapi juga bagaimana mendapatkan pasokan kebutuhan pangan sehari-hari. Untuk belanja di kedai dekat rumah tidak bisa, apalagi sampai ke mini market. Karena mantan atlet tenis meja itu bersikap mematuhi Isoman.

"Saya merasa jadi tahanan rumah saja, bahan makanan di rumah untuk anak istri tak ada, mau beli tak bisa," ungkapnya.

Hingga seminggu, kondisi seperti itulah yang membuatnya tambah stres. Bukan karena virus yang bersarang di tubuhnya, tapi lebih karena memikirkan bagaimana anak istrinya bisa makan besok.

Saat itulah, Fredy merasa iri dengan masyarakat yang tinggal di kota lain yang warganya saling bergotong-royong, membantu tetangganya yang sedang didera Covid-19. Para tetanggalah yang memberikan segala kebutuhan hidup selama menjalani Isoman. Begitulah sejatinya gotong royong di tengah pandemi itu.

Beruntung, Fredy memiliki akses ke sejumlah 'orang penting' di Kabupaten Karimun. Maka, ia pun berkirim pesan via WA ke mereka. Isinya, menceritakan bagaimana kondisinya yang mematuhi protokol Isoman. Bukannya, stres karena virus, tapi stres karena tidak punya bahan makanan untuk anak istrinya.

Alhamdulillah, pesan singkat testimoni Fredy itu direspon sang 'orang penting' Kabupaten Karimun itu. Lalu, memerintahkan kepada stafnya untuk membagikan bahan sembako kepada semua pasien Covid-19 yang sedang menjalani Isoman.

"Saya bersyukur karena Pak Bupati Karimun merespon positif, sehingga semua warga yang sedang menjalani Isoman pun mendapatkan bantuan bahan pangan," tutur Fredy dengan penuh rasa syukur.

Dia pun semakin bersyukur, karena setelah itu, tetangganya pun mulai ada yang mengirim makanan ke rumahnya. Dan dia lebih bersyukur lagi, setelah Kepala UPT Puskesmas Meral Karimun, dr. Bambang Eka Jaya Karo Karo menerbitkan surat yang menyatakan ia dan istrinya, dinyatakan telah 'bebas' dari 'tanahan rumah'.*