Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tingkatkan Daya Saing, Ekonom Nilai Perlu Realokasi Subsidi Pupuk
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 18-12-2020 | 11:00 WIB
pupuk-bersubsidi1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ekonom Bustanul Arifin menilai perlu dilakukan reformasi atau realokasi anggaran subsidi di bidang pertanian seperti subsidi pupuk. Bustanul menjelaskan subsidi bisa membantu para petani, walau skalanya tak cukup signifikan untuk sejahterakan petani.

Pasalnya, pangsa pupuk kurang dari 10 persen dari total biaya produksi petani. Sedangkan mayoritas biaya berasal dari pekerja karena pertanian di Indonesia belum banyak yang tersentuh teknologi.

Komponen besar lainnya berasal dari harga lahan yang diperkirakan memakan 30 persen dari total biaya produksi. Sehingga, Bustanul menilai lebih tepat jika pemerintah melakukan reformasi di bidang infrastruktur demi meningkatkan efisiensi kinerja pertanian Indonesia.

"Total produktivitas masih rendah dan menurut kami perubahan teknologi akan mengubah posisi daya saing," jelasnya pada konferensi pers Bank Dunia, Kamis (17/12/2020).

Lebih lanjut, dengan anggaran pertanian yang terbatas yakni Rp 21,84 triliun pada 2021, ia bilang anggaran akan lebih tepat difokuskan untuk ekstensifikasi dan peningkatan kualitas SDM di sektor pertanian.

"Lalu, kita juga harus harus melibatkan pihak swasta dalam proses dan produk hingga ke rantai pasokan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Agrikultur Bank Dunia Animesh Shrivastava memberikan rekomendasi untuk memperbaiki sistem pangan di Tanah Air. Salah satunya dengan menekankan peningkatan produktivitas pertanian, bukan output (hasil) pertanian.

Kemudian, melakukan transisi dari melindungi petani tertentu menuju transformasi diversifikasi pertanian yang akan bermanfaat bagi seluruh petani.

Terakhir, ia bilang pemerintah juga perlu berubah dari melindungi pasar domestik dengan pengetatan impor menjadi membuka diri. Hal ini agar para petani lokal dapat memasarkan hasil pertanian ke pasar global.

"Kita harus mengubah kebijakan yang menghapus pembatasan impor yang membuat pasar domestik tidak kompetitif menuju pasar yang membantu petani memasarkan hasil produksinya," ujar Shrivastava.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha