Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BPS Catat Neraca Dagang RI September 2020 Surplus US$2,61 Miliar
Oleh : Redaksi
Selasa | 15-12-2020 | 12:36 WIB
perdagangan152.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,61 miliar secara bulanan pada November 2020. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan surplus Oktober lalu yang sebesar US$3,61 miliar, namun lebih tinggi dari defisit US$1,33 miliar pada November 2019 lalu.

Secara total, neraca perdagangan surplus US$19,66 miliar pada Januari-November 2020. Realisasi ini lebih baik dari defisit US$3,11 miliar pada Januari-November 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$15,28 miliar atau naik 6,36 persen dari US$14,36 miliar pada Oktober 2020. Sedangkan nilai impor mencapai US$12,66 miliar atau meningkat 17,4 persen dari US$10,79 miliar pada bulan sebelumnya.

"Surplus ini menggembirakan karena ada kenaikan ekspor dan impor. Perbaikan ekspor ditunjang kenaikan permintaan dan harga, khususnya minyak kelapa sawit dan batu bara," kata Suhariyanto saat rilis data neraca perdagangan periode November 2020, Selasa (15/12/2020).

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$760 juta miliar atau naik 24,26 persen pada bulan sebelumnya. Hal ini karena ada kenaikan harga minyak.

"Harga minyak ICP meningkat dari US$38,07 per barel menjadi US$40,67 per barel pada bulan lalu," tuturnya.

Sementara, ekspor nonmigas sebesar US$14,51 miliar atau naik 5,56 persen. Secara tahunan, nilai ekspor migas turun 26,27 persen dan nonmigas naik 12,41 persen.

Total ekspor nonmigas mencapai 95,01 persen dari total ekspor Indonesia pada bulan lalu. Mulai dari ekspor industri pertanian yang naik 6,33 persen menjadi US$450 juta, industri pengolahan meningkat 2,95 persen menjadi US$12,12 miliar, dan industri pertambangan tumbuh 25,08 persen menjadi US$1,95 miliar.

"Ekspor ini merupakan yang tertinggi pada tahun ini. Kenaikan ekspor meningkat dari minyak kelapa sawit hingga perlengkapan komputer," jelasnya.

Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di komoditas lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja, bijih, kerak, dan abu logam, serta mesin dan peralatan mekanik. "Umumnya komoditas ini diekspor ke China," ucapnya.

Sementara penurunan ekspor terjadi di komoditas logam mulia, perhiasan/permata. "Ada penurunan volume dan nilai, ekspor turun ke Singapura, AS, dan Jepang," terangnya.

Lihat juga: Elon Musk Kirim Tim ke Indonesia Jawab Peluang Jokowi
Berdasarkan negara tujuan ekspor, peningkatan nilai ekspor nonmigas terjadi ke China sebesar US$451,8 juta, Malaysia US$158,1 juta, Pakistan US$128,9 juta, Jepang US$124,2 juta, dan India US$87,9 juta.

Penurunan ekspor terjadi ke Swiss mencapai US$136,4 juta, Spanyol US$81,7 juta, Vietnam US$48,1 juta, Filipina US$39,4 juta, dan Myanmar US$35,7 juta.

Secara kumulatif, ekspor Januari-November 2020 sebesar US$146,78 miliar. Kinerja ini turun 4,22 persen dari US$153,25 miliar pada Januari-November 2019.

"Tentu kita berharap ke depan ekspor akan meningkat," imbuhnya.

Dari sisi impor, impor migas sebesar US$1,08 miliar atau naik 0,59 persen dari bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$11,58 miliar atau meroket 19,27 persen. Secara tahunan, impor migas anjlok 49,16 persen dan nonmigas merosot 12,33 persen.

"Nilai impor November ini lebih tinggi dari bulan lalu, tapi kalau dibandingkan dengan November 2019 US$15,34 miliar, jadi nilai impor masih turun, lebih landai," terangnya.

Suhariyanto mencatat kenaikan impor terjadi di barang konsumsi sebesar 25,52 persen menjadi US$1,3 miliar. "Kenaikan impor dari impor garlic dari China, frozen animal dari India, obat-obatan dari India, apel segar dari China, dan laser system dari Singapura," jelasnya.

Lalu, impor bahan baku/penolong naik 13,02 persen menjadi US$8,93 miliar dan barang modal melonjak 31,54 persen menjadi US$2,43 miliar. "Barang modal yang diimpor adalah mesin-mesin dari China. Kenaikan impor modal diharapkan bisa berpengaruh positif bagi pertumbuhan PMTB di kuartal IV ini," ujarnya.

Berdasarkan kode HS, kenaikan impor berasal dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik, logam mulia, perhiasan, dan permata, mesin dan peralatan mekanis, dan lainnya. Sedangkan yang turun adalah gula dan kembang gula, bahan bakar mineral, binatang hidup, dan lainnya.

Berdasarkan negara asal impor, penurunan impor nonmigas terjadi dari China mencapai US$1,09 miliar, Jepang US$226 juta, Hong Kong US$124,6 juta, Kanada US$92,7 juta, dan Taiwan US$84,9 juta.

Sebaliknya, peningkatan impor terjadi dari Ukraina sebesar US$76,9 juta, Singapura US$65,7 juta, Malaysia US$49,4 jjuta, Hungaria US$49 juta, dan Uni Emirat Arab US$27,4 juta.

Secara kumulatif, kinerja impor Januari-November 2020 sebesar US$127,13 miliar atau terkoreksi 18,91 persen dari US$156,77 miliar pada Januari-November 2019.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha