Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PLN Batam Tingkatkan Perekonomian Masyarakat Kepulauan Melalui Budidaya Rumput Laut
Oleh : Saibansah
Jum\'at | 27-11-2020 | 09:08 WIB
budidaya-rumpput-laut1.jpg Honda-Batam
Budidaya rumput laut Bright PLN Batam di Pulau Amat Belanda, Belakang Padang. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Dalam upaya menangani dampak ekonomi masyarakat pada sektor kelautan dan perikanan akibat musibah pandemi Covid-19, bright PLN Batam bekerjasama dengan DPD Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) Provinsi kepulauan Riau membantu mengembangkan komunitas masyarakat Pulau Amat Belanda, Belakang Padang untuk memanfaatkan lingkungan sekitarnya.

Bantuan tersebut dilakukan dengan memaksimalkan potensi kekayaaan laut di wilayah Provinsi kepulauan Riau melalui pengembangan budidaya rumput laut. Untuk menyukseskan program ini, bright PLN Batam memberikan bantuan sebanyak 100 unit keramba jaring apung dan 3,7 ton bibit rumput laut cottonii yang diberikan pada bulan April 2020 lalu.

Komisaris bright PLN Batam, Vicky Arya Muda, dalam sambutannya mengatakan bantuan ini merupakan bentuk komitmen bright PLN Batam untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

"Rumput laut merupakan satu dari sekian banyak potensi yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau. Kami siap bersinergi dengan POSPERA dalam memanfaatkan potensi kelautan yang ada. Saya optimistis, sektor ini bisa membantu meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan masyarakat di wilayah kepulauan ikut terdongkrak," jelas Vicky.

Vicky juga menjelaskan dikarenakan faktor alam seperti badai dan hama rumput laut, tingkat keberhasilan budi daya rumput laut cottonii kurang maksimal di Pulau Amat Belanda dan sekitar namun masih cocok di Pulau Terong dan Pecong.

"Untuk memaksimalkan keramba jaring apung yang sudah tersedia serta melihat potensi alam lainya, maka sesuai dengan kesepakatan komunitas nelayan dan POSPERA mengalihkan fungsi 100 unit kerambah jaring apung, 50 unit dijadikan Rakit Apung sebagai alat untuk memaksimalkan pengambilan rumput laut dan 50 unit lagi dipergunakan untuk proses pengeringan rumput laut jenis sargassum (seaweed)," jelasnya.

Pemanfaatan jenis rumput laut sargassum ternyata sangat potensial dan cocok untuk pengembangan komoditas rumput laut di pulau Amat Belanda. Ditambah keberadaan rumput laut sargasum merupakan kekayaan alam yang melimpah di perairan Kepulauan Riau. Perubahan budidaya tersebut mendapatkan antusias dari masyarakat dan menjadi solusi alternatif pekerjaan dimasa pandemi , sehingga saat ini hampir seluruh masyarakat di pulau Amat Belanda menjadikan kegiatan ini sebagai profesi utamanya.

Sementara itu, Komisaris Independen bright PLN Batam Rizal Calvary mengatakan bukan hanya bantuan bibit dan keramba jaring apung saja yang diberikan oleh bright PLN Batam.

"Pada bulan Oktober bright PLN Batam kembali memberikan bantuan untuk penyewaan gudang agar mempunyai tempat penampungan yang layak dan hasil rumput laut yang optimal sesuai dengan permintaan pasar. Terhitung hingga bulan Oktober kemarin, total rumput laut sargassum yang sudah di hasilkan oleh masyarakat adalah sebanyak 25.270kg/ bulannya," beber Rizal.

Komunitas nelayan rumput laut ini menjadi pilot project bright PLN Batam dan di harapkan dalam 3 tahun mendatang menjadi komunitas yang mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan menjadi role model pengelolaan rumput laut di Provinsi Kepulauan Riau bahkan Nasional.

"Semoga bisa menjadi sumber ekonomi alternatif bagi rakyat untuk bertahan di tengah gejolak pandemi Covid-19, semoga rumput laut ini bisa membuat ekonomi rakyat terus bergerak tidak lagi bergantung tapi berpijak," tutup Rizal.

Pak Dadang salah satu warga anggota nelayan rumput laut POSPERA binaan bright PLN Batam mengatakan pada masa pendemi Covid-19 ini pekerjaannya sebagai ojek laut sangat sepi.

"Dengan adanya kegiatan pengumpulan rumput laut berasal dari sumber daya yang tersedia disekitar kita. Alhamdulillah program ini sangat membantu dan dapat menambah pendapatan kami di pulau Amat Belanda," ucap Dadang.

Pada saat cuaca baik dan cerah, Pak Dadang dapat mengumpulkan lebih kurang 200 kg setiap minggunya, sehingga dalam satu bulan bisa mendapatkan tambahan pendapatan senilai Rp 1.040.000.

Pada kesempatan yang sama Direktur Utama bright PLN Batam, Budi Pangestu menjelaskan bahwa budi daya rumput laut tergolong aktivitas yang ramah lingkungan, karena tidak perlu menggunakan pakan atau pupuk kimia yang dapat menyebabkan pencemaran bahan organik ke perairan.

"Rumput laut sargassum merupakan kekayaan alam yang melimpah di perairan Kepulauan Riau dan belum di manfaatkan secara optimal oleh nelayan. Kelebihan Rumput laut sargassum diantaranya tidak perlu keranjang jaring apung dan perawatan khusus. Karena banyak tumbuh di perairan sekitar Pulau Amat Belanda dan Belakang Padang, kelompok nelayan dalam komunitas dapat mengambil sargassum kapan saja. Selama tetap mengikuti tata cara pemangkasan yang benar agar sargassum dapat tumbuh lagi, dipanen kembali, tanpa merusak habitat lingkungan bawah laut rumput sargassum tesebut," pungkas Budi.

Sejalan dengan Budi, Corporate Secretary bright PLN Batam mengungkapkan program ini merupakan komitmen CSR bright PLN untuk ikut membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan di wilayah usaha bright PLN Batam. Bersama DPD POSPERA Kota Batam terus memberikan pendampingan dan pelatihan kepada nelayan rumput laut tentu akan mendorong peningkatan nilai tambah dan jual produk.

"Selain membuka lapangan kerja di wilayah kepulauan, bright PLN Batam juga berkeinginan untuk terus mengoptimalkan lahan tambak yang tak produktif melalui budi daya polikultur rumput laut. Sehingga membangun di kepulauan berbasis rumput laut menuju masyarakat yang maju dan mandiri," tutup Tanto.

Editor: Yudha